Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

23 October 2012

Mudah-Mudah ada Pejuang Lahir...

Seusai shalat Dzuhur di sekolah, saya meminta dua siswa untuk mendekat dan saya ajak berdiskusi. Dua siswa tersebut terpilih karena kebetulan mereka berdua sedang kejar-kejaran. Keduanya berbadan tinggi dan tergolong besar untuk ukuran kelas 8 SMP. Berasal dari keluarga yang mampu. Ini karena salah  satu fasilitas yang telah diberikan kepada mereka adalah kendaraan pribadi. Oleh karenanya tidak salah jika mereka berasal dari keluarga yang tergolong mampu.

Saya ajak mereka diskusi karena saya mendapat laporan bahwa beberapa siswa SMP ada yang mengutang ketika makan di kantin sekolah. Dan diantara mereka ada yang sulit ketika di tagih untuk membayar. 

Namun ketika saya mengemukakan informasi tersebut kepada keduanya, mereka berdua menyangkal jika mereka masuk dalam bagian anak-anak yang makan dan tidak membayar. Mereka memang mengakui pernah makan dan belum membayar, tetapi mereka membayarnya sebelum hari berganti. Jadi tidak utang. Lalu saya memberikan gambaran kepada mereka berdua bahwa pemilik kantin adalah pengusaha yang masuk dalam kategori pengusaha kecil. Jadi jangan pernah sekali-kali ngemplang hutang kepada mereka. Mereka berdua sepakat dihadapan saya untuk memegang teguh kepada kewajiban membayar ketika jajan di kantin.

Diskusi lalu melebar kepada hasil belajar yang baru saja dibagikan kepada mereka, dan mengharuskan mereka mempresentasikan kepada kedua orangtua mereka akhir pekan lalu. Salah seorang dari mereka mengemukakan kekecewaannya. "Habis saya Pak". Katanya ketika memulai bercerita. " Semua alat elektronik saya disita. BB, I Phone, Game, bahkan nonton TV dibatasi Pak. Saya menderita Pak." ceritanya mengadu. Saya diam tidak memberikan reaksi apapun.

"Bukankah itu justru yang akan membuat kamu menjadi mungkin untuk dapat lebih fokus kepada pelajaran yang harus kamu lakukan? Mengerjakan dan mengumpulkan tugas sekolah menjadi lebih tepat waktu." Kata saya.

"Tidak Pak. Hidup saya menjadi kering Pak. Apa yang dapat saya lakukan dengan aktivitas seperti itu? Sementara Ayah dan Ibu baru sampai rumah ketika malam. Saya bete Pak."

"Mengapa kamu tidak selesaikan buku bacaan yang menjadi tugas sekolah?"

"Bete Pak. Mana kunci mobil juga diambil Pak. Jadi saya tergantung Ayah, Ibu, atau Supir."

Mengharap Lahirnya Pejuang

Terlepas dari kejadian tersebut di atas, kejadian dalam satu fragmen itu, tak ayal membuat saya termenung berpikir. Beginilah realitas generasi yang menjadi tanggungjawab saya dan teman-teman sebagai pendidik di sekolah. Mereka mencerminkan generasi yang memang serba ada, juga serba bisa dan mudah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi keinginannya. Generasi yang mudah-mudahan tidak tetap mau untuk berjuang walau kondisi yang ada dan menumbuhkannya adalah lingkungan yang tidak kondusif untuk lahirnya para pejuang. Mudah-mudahan...

Jakarta, 23 Oktober 2012.

No comments: