Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

29 February 2012

Ketika Rapat Pertama Kali di Student Council

Awal pekan ini, tepatnya tanggal 20 dan 21 Februari, seluruh anak di SD tempat saya berada, telah terlaksana kegiatan tahunan, berupa pemilihan ketua Student Council. Sebuah organisasi intra sekolah untuk tingkat SD. Untuk sebuah kegiatan tersbut, guru pembimbing melatih para siswa, anggota dan pimpinan di Student Council tahun sebelumnya untuk menjadi panitia pelaksana.

Tapi bukan pelaksanaan kegiatan pemilihan ketua Student Council tersebut  yang ingin saya ceritakan kali ini. Tetapi sebuah pengalaman di sekolah ini dalam melaksanakan sebuah pertemuan atau rapat yang terdiri dari para ketua kelas, dari ketua kelas satu hingga ketua kelas kelas 6 tanpa terkecuali. Dan itu yang kami namakan Student Council.

Tanda Tanya

Beberapa hari sebelum pelaksanaan rapat tersebut, saya mendengar berita kalau pelaksanaan itu tidak akan membuahkan hasil. Mengapa? Karena tingkat kelas dari peserta rapat yang ada dan berdiskusi atau membahas masalah dalam sebuah rapat, apakah mungkin? Bagaimana ketua kelas 1 SD harus menanggapi atau memberikan pendapat, jika diminta memberikan tanggapan dan pendapat, oleh ketua kelas 6? Apakah mereka 'sampai'? Itulah antara lain kekawatiran beberapa teman sebelum pelaksanaan rapat. Sebuah pertanyaan atau sebuah tanda tanya yang lumrah dan layak. Sebuah tanda tanya yang sya sendiri pernah mengajukannya sebelum ini. Namun, kala itu,  sebuah praktik nyata yang ada di sekolah lain, membuat saya yakin bahwa kegiatan Student Council, yang salah satu kegiatannya adalah rapat sebagaimana apa yang akan  saya canangkan itu akan menerbitkan perasaan yang 'berbeda' serta mengagetkan. Oleh karenanya, kepada semua teman yang memiliki tanda tanya akan ketidakberhasilan perjalanan rapat  Student Council  itu untuk menerbitkan keyakinan mungkin.

Dan untuk tanda tanya itu juga saya mengajak guru-guru yang tidak jam pelajaran pada saat itu untuk bersama saya menyaksikan apa yang akan terjadi dengan rapat perdana saya dengan Student Council yang ada.

Alhamdulillah, terdapat beberapa guru yang menghadiri kegiatan rapat saya itu. Rapat yang sebelum memulai terlebih dahulu saya sampaikan beberapa patokan. Saya kala itu bertugas sebagai moderator. Dan semua ketua kelas sebagai anggota rapat yang boleh mengajukan pendapat atau usul. Tidak lupa angkat tangan jika ingin menyampaikan sesuatu dan boleh bicara ketika moderator sudah memberikan kesempatan. Dan untuk kali pertama itu saja, agenda rapat saya tawarkan kepada peserta rapat. Saya menawarkan beberapa hal yang dapat menjadi masalah dalam diskusi kali itu. Kemudian semua menyepakati masalah kantin sekolah sebagai agenda rapat mereka. Dan merekapun secara bergantian menyampaikan pandangannya berkenaan dengan kantin yang ideal bagi mereka.

Dan ketika rapat itu berakhir, kami sebagai guru-guru mereka terkaget dan sekaligus tersadar bahwa, anak-anak itu dapat dengan berani dan cerdas ketika menyampaikan pendapatnya. Hal ini menepis ketidakpercayaan kami bahwa ketika rapat yang dihadiri oleh siswa dari kelas 1 hingga kelas 6, maka rapat hanya akan didominasi oleh anak yang di kelas tinggi. Karena ketika membahas kantin sekolah, tampak sekali bahwa semua anak yang merupakan ketua kelas dan menjadi wakil dari kelas masing-masing itu, mampu menyampaikan pendapat, tanggapan, dan usulan.

Mengapa mereka mampu berpendapat meski berbeda usia dan kelas? Asumsi kami, karena masalah yang mereka diskusikan adalah masalah mereka. Masalah anak-anak dan bukan masalah kami para gurunya. Oleh karenanya, setiap mereka mampu menyampaikan pandangannya. 

Dan yang jauh lebih penting dari rapat pertama kali di Student Council yang kami selenggarakan itu memberikan keyakinan bagi kita bahwa, jika kesempatan kita berikan, maka anak-anak itu akan mampu mencapai apa yang sesungguhnya tidak terjangkau oleh pikiran kita sebagai guru.

Mengapa kesempatan menjadi penting? Karena tidak semua kita meyakini bahwa kegiatan semacam rapat sebagaimana yang saya ceritakan itu merupakan bagian penting dalam proses belajar. Karena masih banyak diantara kita yang mengartikan belajar hanya pada saat anak kita di kelas membukan buku paket atau buku sumber belajar atau mengerjakan soal yang diberikan oleh guru? Itulah mengapa pemberian kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatui yang terarah menjadi penting.

Dan melihat proses pemilihan ketua Student Council pada Senin atau Selasa itu, mengingatk saya akan memori tujuh tahun yang lalu ketika saya membuat perkumpulan ketua kelas di SD kami, yang kai sebut Student Council.

Jakarta, 29 Februari 2012.

No comments: