Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

18 August 2009

Tinggalkanlah Jejak


Seorang teman memberitahukan kepada saya bahwa, dia memutuskan untuk berhenti menjadi kepala sekolah setelah selama ini berjuang untuk bisa seiring bersama dengan pengurus yayasan dimana sekolahnya bernaung. Berhenti, karena dalam keseiringan selama ini ada poin-poin ideal yang harus ia kalahkan demi tercapainya kata seiya. Berhenti, ketika situasi dan kondisi ideal yang ia rasa korbankan itu tidak lagi mungkin menjadi tersingkir. Maka keputusan itu menjadi keputusan akhir dalam sebuah kerjasama.

Mengapa berhenti menjadi pilihan? Tanya saya mencoba menggali informasi.
Saya sudah tidak kuat lagi. Jawab karib saya. Saya tidak lagi mungkin mengajukan pertanyaan. Saya hanya menunggu kalimat apa lagi yang akan dia sampaikan kepada saya.

Dan ketika dalam diam saya saat menyimak apa yang dia utarakan, banyak letupan kecewa keluar dari lisannya. Banyak. Banyak sekali rasa kecewa yang sesungguhnya menjadi ganjalannya selama ini untuk bisa dan terus bekerja dan memimpin lembaga yang menjadi amanahnya. Saya tetap menyimak. Hingga akhirnya saya sampaikan sesuatu setelah karib saya ini 'menurun'.

Jadi apa yang mungkin dan barangkali harus saya lakukan? Saya mencoba untuk menawarkan diri. Menawarkan bantuan yang mungkin bisa dan sanggup saya lakukan.

Apa komentar Pak Agus? Dia datar saja menyampaikan permintaan tersebut. Seolah tidak menginginkan jawaban dari saya. Maka saya coba sampaikan pertanyaan saya.

Sudah berapa lama Anda kuat dalam kondisi demikian? Dia tidak menjawab. Dan memang saya tidak memerlukan jawabannya. Kita saling memahami bahwa ia berada di posisinya tersebut nyaris 2 semester.

Sudah berapa hal yang Anda lakukan untuk sekolah Anda tersebut sepanjang masa jabatan yang kurang dari dua semester tersebut? Saya ajak ia berpikir karya dalam rentang waktu kerjanya.

Pernahkah Anda pikir bahwa dalam rentang kerja Anda tersebut orang lain masih mampu menghilangkan jejak Anda? Saya mengajaknya bermain analisa tentang rekam jejak yang telah ia ikhtiarkan.

Pernahkah pikiran itu berlanjut; Kalau demikian, maka buat jejak Anda itu membekas dalam hingga pihak lain terlalu sulit menghapus jejak Anda. Karena itu adalah rekam jejak yang telah Anda tinggalkan. Jadi jika jejak yang ada masih terlalu mudah untuk dihapus, maka teruskanlah untuk membuat dan meninggalkan jejak sejarah bagi sekolah yang menjadi amanah Anda itu. Jangan mudah mengalah dengan apa yang tidak sesuai dengan situasi ideal yang menjadi impian kita.
Saya menunggu reaksinya. Meski terus terang apakah ia tetap memilih pilihannya untuk mundur atau tetap lanjut. Namun malam hari setelah waktu Isyak, saya menerima sms dari sahabat saya itu. Bunyinya: Terima kasih pencerahannya. Saya akan teruskan amanah ini dengan modal kekuatan; maju terus...



1 comment:

rudytarigan said...

terus maju pak guru,.... :)