Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

06 August 2009

Berani atau Nekat


Mencoba sesuatu yang baru, adalah sesuatu yang mudah dikatakan tetapi sering sulit untuk diaplikasikan. Tidak untuk semua hal atau semua bidang memang. Dalam hal tertentu, misalnya menggunakan HP, saya pernah melihat orang yang sudah cukup berusia lanjut dan berasal dari komunitas yang jauh dari kota, begitu menikmati menggunakannya untuk berkomunkasi. Meski ketika untuk menemukan nomor yang diinginkan tidak selincah kita. Tetapi mengaplikasikan keterampilan dalam penggunaannya saya menilai sebagai sesuatu yang mudah dan bisa.

Namun beda jika kita ingin melakuan sesuatu yang baru untuk menggeser sesuatu yang telah berkerak, misalnya dalam penerapan visi sekolah yang lebih segar, lebih bersaing, atau lebih bergerak.

Dalam aplikasi hal yang kedua tersebut, sering membutuhkan effort dan pengorbanan yang lebih dahsyat. Padahal, dalam pengamatan saya, antara menggunakan HP dan mengembangkan diri sebagaimana dua hal diatas adalah sesuatu yang membutuhkan keberanian untuk mencoba. Mencoba sesuatu yang baru.

Dari dari cara berpikir seperti itulah saya melihat bahwa orang melihat sesuatu yang baru menjadi mudah dan menjadi sulit itu berangkat dari pertanyaan: Apakah makna berubah tersebut bagi saya? Artinya, jika kita telah bisa melihat kebermaknaan dari sesuatu yang ingin kita lakukan, maka 'nilai' barani kta menjadi mudah muncul. Tetapi jika kebermaknaan tersebut sulit untuk 'dilihat', maka tidak saja berani yang kita perlukan. Namun saya mengusulkan untuk nekat!

Pertanyaan: Apakah makna berubah tersebut bagi saya? Ini mengingatkan apa yang sering disebut Pak Hernowo dengan singkatan AMBAK, yang merupakan kepanjangan dari Apa Manfaat Bagi Ku. Maknanya, jika seseorang memahami manfaat dari mengapa harus melakukan sesuatu, maka ia akan melakukan dengan penuh minat dan kesadaran. Yang memiliki implikai lebih hebat.

Ini jugalah ketika sekolah yang terlanjur establish dan dalam proses perjalanannya membutuhkan penguatan seperti memberikan pembelajaran dan pelatihan kepada para tenaga kependidikannya, akan juga muncul dua bagian. Yaitu bagian yang barani mengikuti kegiatan dengan sepenuh jiwa dan motivasi. Yang karena hal ini akan menjadikannya lebih baik dan lebih kapabel dikemudian hari. Juga bagian yang harus diajak nekat untuk menceburkan diri.

Bagian yang harus diajak nekat ini adalah bagian yang sebenarnya tetap tidak ingin ketinggalan, tetapi harus terus diberikan sokongan dan pendampingan. Dan semakin tulus pendampingan yang diberikan, maka kebermaknaan akan semakin cepat ia pahamkan.

Dan sesungguhnya, relativitas antara bisa dan tidak bisa dalam segala hal berada pada titik berani atau nekat!

Allahu'alam.

Jakarta, 6 Agustus 2009.

1 comment:

Anonymous said...

Shabri Hasan: Saya teringay pesan dari Kyai saya yang pesan tersebut masi diwariskan sampai sekarang dan sampai yang akan datang pun saya yakin pesan tersebut masih tetap akan disampaikan. Bunyinya seperti ini

Berani hidup tidak takut mati
Takut mati jangan hidup
Takut Hidup mati saja

Kadang antara nekat dan berani tersebut satu. nekat karena berani atau berani karena nekat karena keinginan akan sesuatu. Di dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa kelaparan menggiring seseorang kepada ketertutupan (Kufur) atau mungkin dalam bahasa kesehariannya disebut juga "gelap mata" orang seperti apakah mengambil langkah karena pertimbangan kemanfaatan atau sebuah kenekatan kah?