Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

08 August 2010

Mengapa Saya Belajar?

Pertanyaan ini selalu datang dalam diri saya. Dan ketika ia datang, selalu saya mencoba untuk mencari jawabannya. Dan jawaban itu justru muncul dan lahir bukan pada saat saya sedang ingin menjawab pertanyaan itu. Tetapi justru pada saat tersudut o;eh suatu kenyataan atau fakta hidup yang ketika saya mencoba untuk menelusurinya, aliran itu berhulu kepada pertanyaan tersebut.

Misalnya saat saya terlalu lama melalaikan Sang Maha Esa. Selain kebodohan saya karena ketidak pekaan saya dengan apa yang ada di sekeliling saya sendiri. Juga tidak memaksimalkan fungsi mata, telinga, kepintaran dan ujungnya pada ketumpulan pikir dan hati, akhirnya saya bertemu dengan apa yang disampaikan Al Quran tentang orang yang menolak sebuah ajakan: Dan apabila dikatakan kepada mereka, Marilah (mengikuti) apa yang diturunkan Allah dan (mengikuti) Rasul: Cukuplah bagi kami apa yang kami dapati nenek moyang kami (mengerjakannya). Apakah (mereka) mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk. (QS, 5:104).

Dan seperti orang bijak, maka belajar dan perubahan haruslah mulai dari saya sendiri; mulai dari yang paling mungkin dan paling bisa serta paling mudah; dan mulai saat kesadaran itu lahir.

Motivasi lain yang memungkinkan hati saya menjadi lebih bergembira lagi adalah apa yang disampaikan oleh Musa Al Asy’ari RA, bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda: Sesungguhnya perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku diutus oleh Allah Azza wa Jalla untuk menyampaikannya adalah seperti hujan yang turun ke bumi. (1).Ada tanah subur yg langsung menyerap air itu, lalu menumbuhkan tanaman dan rerumputan yg rimbun. (2) Ada tanah keras yg menahan air, sehingga dgnnya Allah memberi manfaat kpd manusia, dimana mereka dpt minum, mnenyiram tanaman, dan beternak dgn air tersebut. (3) Ada pula hujan yg jatuh di tanah tandus yg tdk dpt menahan air dan tidkbisa menumbuhkan tanaman. Itulah perumpamaan org yg memahami dan mempelajari Allah Azza wa Jalla serta mengambil manfaat darinya melalui apa yg Allah utus kpdku. Kemudian ia memahmi dan mengajarkannya. Juga perumpamaan org yg tdk berkeinginan utk mempelajari agama Allah dan tdk menerima petunjuk-Nya yg aku diutus karenanya. (HR Muslim 7/63) - M Nashiruddin Al Albani. 2006. Ringkasan Sahih Muslim. Azzam: 246-247.

Itulah antara lain yang selalu memberikan dorongan kepada diri saya untuk terus melakukan pembenahan. Saya meyaini sekali bahwa keberuntungan hanya lahir manakala kita hari ini menjadi berkorelasi lebih (lebih besar, lebih banyak, lebih baik, lebih mulia) dari hari sebelumnya. Dan untuk sebuah korelasi itu kita dapatkan bilamana kita berikhtiar secara keras, cerdas, tuntas dan holistik.

Saya harus menyediakan diri sebagai lahan yang subur. Dan oleh karenanya saya merelakan semua informsi yang ada menjadi bahan bagi saya untuk menumbuhkan diri. Lalu dari sana saya mencoba memilah dan memilih informasi tersebut dalam aspek analisa di tataran ranah kognitif.
Selain apa yang ada dalam diri saya sendiri yang medorong saya harus belajar, saya juga menjadi iri hati saat melihat kenalan, teman, saudara, yang saat bertemu untuk sekian lama telah merubah koordinat martabatnya. Dan itu semua mustahil tanpa ikhtiar keras mereka dalam melakukan belajar.

Dan semakin menuju ke hilir, semakin yakin bahwa, hanya belajarlah yang memungkinkan kita menjadi dewasa melihat hidup dan yang memberi hidup. Yaitu Yang Maha Hidup. Dewasa dalam arti saleh secara sosial dengan fondasi transendental yang disebut; dua kalimat tayibah.

Jakarta, 8 Agustus 2010.

No comments: