Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

30 September 2009

Warung Ibu Gun

Saya sudah tidak tahu lagi apakah Warung Ibu Gun sekarang ini masih ada atau sudah pindah atau justru sudah berkembang membangun ruko. Karena saya sendiri terakhir kali mengunjungi warung itu, sebagai kebiasaan saya dan teman-teman sekantor, adalah pada tahun 2003 yang lalu. Dengan perkembangan pemukiman yang begitu pesat, saya tidak yakin lagi akan keajegan dari penampilan warung itu. Maksud saya, apakah warung itu tetap menjadi bagian dari teman-teman yang masih bekerja di sekitar itu.

Kami mengunjungi hampir setiap waktu disaat makan siang. Selain jus yang segar, warung itu juga menyediakan gudeg dengan cita rasa Yogja. Namun selain dari menu yang tersedia di sana, pertemuan antara kami di tempat itu dengan suasana bebas, justru yang menjadi seru. Seolah menu itulah yang paling utama.

Kami bisa bercengkerama tentang apa saja termasuk tentang hal yang ada diluar kerjaan. Bahkan ngrumpi atau sering juga sebagai bagian dari rapat informal. Artinya, materi rapatnya bisa formal sekali tetapi dalam situasi dan tempat yang informal.

Pernah juga sebagai tempat curhat. Baik curhat diantara kami sesama teman kerja atau pernah juga sekali suami Bu Gun yang curhat tentang masa lalunya yang PNS di BPK RI. Yaitu bagaimana beliau bekerja dibawah Bapak M Yusuf selaku ketua BPK kala itu. Tentang kebenaran dari apa yang diceritakan kepada kami, Allahu a'lam.

Pernah pula saya menyampaikan kata-kata pedas kepada teman ketika teman tersebut telah keluar dari tempat kerja dimana kami waktu itu masih berada dan bertemu kami saat makan siang di Warung Bu Gun. Pertemuan yang menyenangkan semestinya. Tetapi menjadi pertemuan yang mambuat kami jengah hanya karena teman saya itu menjelek-jelekkan apa yang dirasa kurang di bekas tempat kerjanya dihadapan kami.

Meski kami sendiri juga sebagai karyawan dan bukan pemilik kantor, tapi perilaku merendahkan mantan kantornya sendiri, menurut saya pribadi, adalah sebuah budi perkerti yang buruk. Disaat seperti itulah saya berkomentar pedas kepadanya. Karena saya meyakini bahwa apa yang ada pada kita sekarang ini antara lain adalah kontribusi masa lalu.

Dan sekelimut masa lalu saya, antara lain adalah kontribusi dari cengkerama antara kami di Warung Bu Gun tersebut.

Jakarta, 30 September 2009.

2 comments:

Pak Agus Sampurno said...

Apa kabar Pak Agus, bu Gun masih sehat dan minggu ini warungnya pun sudah buka. Siap melayani para karyawan di sekitar warungnya untuk makan siang.

Setuju sekali bahwa berkata tidak patut mengenai tempat kerja sekarang dan sebelumnya menggambarkan siapa orang tersebut yang sebenarnya.

Sukses terus Pak Agus, Selamat mewarnai dunia pendidikan dengan hal yang progresif dan mendorong orang lain untuk berubah.

Regards
Agus Sampurno

Agus Listiyono said...

Terima kasih juga Pak Agus Sampoerno telah meninggalkan pesan di blog saya. Sukses juga untuk Bapak. Amien.