Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

03 January 2010

Esensi UASBN 2010?

Ini adalah komentar dan pernyataan salah seorang dari orangtua siswa kelas 6, saat kami selesai memaparkan UASBN, kisi-kisi soal dan batas minimal kelulusan di sekolah kami kepada seluruh orangtua siswa kelas 6 pada akhir Desember 2009 yang lalu.

Dimana dalam forum tersebut Kepala Sekolah memaparkan nilai minimal kelulusan tahun sebelumnya dan dengan melihat lebih dan kurangnya potensi akademik dari para siswa kelas 6 tahun ini, maka Kepala Sekolah mengusulkan untuk nilai minmal sebagai syarat lulus di tahun ini.

Beberapa orangtua yang mengetahui potensi akademik putra-putrinya di atas rata-rata kelas mengusulkan agar supaya nilai minimal kelulusan itu dibuat dan diputuskan untuk lebih tinggi lagi. Agar dengan nilai tersebut harga diri sekolah dapat lebih baik lagi dibanding sekolah lain atau dibanding tahun pelajaran sebelumnya.

Disini ada sedikit diskusi mengingat dengan nilai minimal yang dia sampaikan pada akhirnya nanti akan menyulitkan beberapa siswa yang memang memiliki kesulitan akademis atau mereka yang nilai akademisnya berada di bawah nilai rata-rata kelas. Ini harus dipahami karena sekolah kami adalah sekolah yang tidak keseluruhan siswanya adalah cerdas akademik. Sekolah kami adalah sekolah untuk semua siswa dengan keberagaman potensi akademik, sikap dan perilaku.

Dan dari diskusi tersebut akhirnya disepakati sebuah angka minimal untuk syarat lulus. Nilai inilah yang nantinya oleh Kepala Sekolah akan sampaikan kepada Dinas Pendidikan Nasional yang ada di Kecamatan. Tentu setelah mendapat persetujuan dari orangtua siswa kelas 6.

Namun meski keputusan berkenaan nilai minimal telah disepakati, masih ada beberapa orangtua yang belum utuh pemahamannya tentang nilai minimal yang masih dibawah angka 5 itu. Bahkan masih ada yang bertanya mengapa nilai kelulusan ditentukan oleh sekolah?

Saya mencoba memberikan tambahan keterangan. Bahwa inilah salah satu yang membedakan antara UN di SMA dan SMP dengan UASBN di SD. UN di SMA dan SMP, nilai minimal sebagai syarat kelulusan menjadi keputusan BNSP, Badan Nasional Standar Pendidikan. Sedang UASBN di SD nilai minimal itu masih menjadi tanggungjawab sekolah, tentunya dengan melihat potensi akademik siswa yang ada.

Maka setelah selasai pertemuan itu, datang seorang Bapak kepada saya dan menyatakan kesimpulannya bahwa; Kalau demikian uraiannya, menurut saya UASBN merupakan keputusan politis. Dan lulus atau tidak lulus juga politis semata. Mengapa? Bukankah semua sekolah akan membuat nilai minimal sebagai syarat untuk lulus dengan memprediksi agar semua siswanya lulus? Lalu dimana esensi dari UASBN itu?

Saya diam. Lalu mengangguk. Benar!

Jakarta, 3 Januarui 2010.

1 comment:

Anonymous said...

Wawan Saroyo: Berbahagialah Panjenwengan, ternyata mempunyai orang tua siswa yang kritis. Pernyataan tersebut menjadi permenungan bagi saya. Betapa tidak?
UASBN mrupakan alat ukur sejauh mana kemampuan anak-anak kita kemampuannya dalam akademis. namun sayang banyak di antara kita cukup risau menghadapi UASBN. Pada umumnya mereka risau, "Nanti jika sekolahku tidak lulus 100% bagaimana, ya? "
Rupanya, sekolah yang tidak dapat meluluskan 100% citranya terpuruk.
Demi mempertahankan dan mempertaruhkan citra diri, maka ditempuh dengan aneka macam cara. Istilah dari orang tua murid Panjenengan itu ada Keputusan politis.

Situasi sekarang, sungguh tidak mudah untuk berani tidak meluluskan anak. Sampai kapan untuk bisa berani? Menunggu kebijakan politis baru.

Kawan,
Situasi yang panjenengan alami mungkin tak jauh berbeda dengan saya pada tahun yang lalu. Kamipun agak lama bisa menentukan standar kelulusan minimal.
Hasil ujian tahun yang lalu, sekolahku tidak meraih hasil yang terbaik, Bahkan ada lebih rendah dari beberapa sekolah yang tak diunggulkan. Namun meskipun demikian saya sungguh bersyukur melihat dan merasakan kesungguhan anak. Kami telah berusaha dengan maksimal. HAsilya ya, maksimal menurut kami. Yang sanagt kami tanamkan pada anak-anak adalah nilai kejujuran.
terima kasih.