Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

11 December 2009

(Masih) Senior-Junior


Ada seorang teman guru yang memberikan komentar panjang lebar lewat e-mail terhadap satu tulisan di saya blog ini. Sebuah artikel yang berisi tentang hubungan kerja antara senior-junior, yang kebetulan pernah dimuat di Harian Pelita.

Selain komentar terhadap tulisan saya, teman saya ini juga mengungkapkan kegetiran yang pernah dia alami sendiri ketika menjadi menjadi guru baru di sebuah sekolah swasta. Katanya dalam email yang dikirim kepada saya begini: Pak, saya berpikir jika ospek yang saya alami saat saya masuk kuliah adalah ospek yang paling terakhir dalam hidup saya. Ternyata ketika masuk kerja pun saya masih di-ospek juga! Begitu salah satu kalimat yang dia kirim kepada saya. Apa yang ditulis teman ini adalah bentuk ketidakberdayaan bagi kelompok junior dihadapan seniornya.

Fakta lain tentang ketidaknyamanan sebagai guru baru yang harus menerima kenyataan yang kurang nyaman dari teman yang terlebih dahulu menjadi pegawai.

Saya sebagai orang normal, tentunya juga mengalami masa-masa awal memasuki sebuah lembaga sebagai pegawai baru. Dan tahapan ini pasti pernah menjadi milik kita semua. Pada masa seperti ini, sebagai anggota baru di sebuah lembaga, kita punya keinginan untuk mendapat gambaran dan pemahaman yang holistik tentang bagaimana, seperti apa, dan apa saja yang harus menjadi pegangan kita selama menjadi pegawai baru tersebut.

Namun ‘pencerahan’ yang dirahapkan akan datang dari kolega kita yang terlebih dulu menjadi pegawai kadang lenyap begitu saja ketika hal sebaliknya yang justru terjadi. Dimana diantara mereka ada yang bersikap arogan atau bahkan berlagak dan mempersonofikasikan seperti si pemilik lembaga. Inilah bentuk dan tatanan sosial dimana kita berada. Pengkastaan antara junior dan senior.

Mengembangkan Pola Saling Menghargai

Ada beberapa usaha yang dapat kita lakukan, jika kita adalah bagian dari pemegang otoritas sebuah lembaga. Pertama, Perubahan paradigma. Kepada mereka, junior-senior, bersama-sama kita kembangkan paradigma baru dalam menyusun dan mengusahakan bagi ketercapaian tujuan bersama. Dalam ranah ini, mereka bisa menyampaikan ide dan gagasan yang kemudian dapat kita jadikan sebagai komitmen bersama. Komitmen inilah yang menjadi tolak ukur bagi kinerja mereka sesudahnya.


Paradigma juga penting untuk kita sebagai pemegang otoritas. Yaitu pemahaman kita bahwa tidak semua senior tidak mau berubah dan juga sebaliknya tidak semua junior adalah yang mau berubah. Disini kita dituntut untuk berpikir dan berpandangan saling menghargai dan adil. Kita harus memiliki prinsip bahwa semua kita adalah makhluk yang selalu berkeinginan maju. Oleh karena menjadi bagian tugas dari kita adalah menemukan dan menggali potensi itu dan membuat strategi akan paradigma yang lebih baik dan saling menghargai.

Kedua, Melakukan kontrol dan pendampingan. Sama halnya dengan apa yang terjadi di kalangan siswa. Bullying senior hanya dapat dilakukan manakala pengawasan pemegang otoritas lemah. Untuk itulah perlunya kita bekerja secara berdampingan dengan mereka. Selain melakukan pengawasan atas keterlaksanaan komitmen yang telah dicanangkan, pengawasan ini juga dapat menjadi bagian dari bentuk pelatihan dan pendampingan. Sehingga apa yang menjadi keperluan mereka saat menyusun dan mengusahakan dalam mencapai tujuan.

Ketiga, Dibutuhan pemegang otoritas yang pemberani. Yang saya maksud dengan berani bagi pemegang otoritas adalah kemampuan, kesanggupan dan ketegaran untuk menentukan kebijakan dengan dasar yang telah disepakati.


Misalnya pengangkatan pejabat di lembaganya dengan pertimbangan prestasi, dan bukan senior-junior. Dan apabila sipemangku jabatan adalah mereka yang kebetulan masuk dalam kasta junior, kita perlu berikan dukungan, sokongan dan pengawalan secara penuh dalam menjalankan tugasnya.


Pejabat yang memiliki kompetensi unggul meski ia masih junior dengan back up kita yang kuat adalah bentuk nyata bagi merealisasikan masyarakat yang saling menghormati.

Jakarta, 11 Desember 2009

No comments: