Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

14 October 2009

Terlambat Mengumpulkan Tugas

Saya yakin bahwa kita semua pernah mengalami peristiwa seperti ini. Terlambat mengumpulkan tugas. Baik saat dulu kita menjadi siswa atau bahkan saat sekarang kita sebagai pegawai. Tapi tunggu dulu, tugas terlambat kita kumpulkan bisa jadi karena kita memiliki alasan yang tepat selain karena perencanaan kita yang kurang matang dalam menyelesaikannya. Alasan inilah yang menurut saya harus selalu menjadi pertimbangan ketika kita sekarang pada posisi sebagai guru atau atasan yang akan menerima tugas-tugas tersebut.

Demikianlah setidaknya apa yang saya pernah alami, baik ketika menjadi guru, menjadi kepala sekolah atau ketika sekarang ini saya diamanahkan untuk mengelola sebuah lembaga pendidikan. Keterlambatan ini masih sering saya jumpai. Tugas mengumpulkan revisi perencanaan untuk program sekolah tahun berikut, tugas untum mengumpulkan hasil rekapitulasi prestasi seluruh siswa atau tugas-tugas yang lain.

Untuk mengurangi keterlambatan, saya selalu membuat tenggat waktu. Dan sebelum tenggat yang telah ditentukan, hampir selalu saya mengingatkan teman yang saya tugasi tersebut dengan cara bertanya sudah sampai dimana tugas yang saya inginkan tersebut diselesaikan. Banyak teman yang telah merampungakan tugas yang diberikan tersebut dan memberikannya kepada saya saat saya mengingatkan. Ini dilakukan karena teman yang menerima tugas tersebut selain memiliki komitmen terhadap kewajibannya juga memang orang yang sadar bekerja.

Sadar bekerja artinya selalu menyatu antara jiwa dan raga pada setiap melakukan aktivitasnya di kantor. Kesadaran ini membentuk integritas kepribadian untuk menjadi lebih fokus dan lebih menghayati tentang apa yang dilakukannya. Ini bentuk manusia sukses, menurut saya.

Tapi masih ada juga teman yang kadang ketika tenggat sudah habis dan diminta tugasnya, justru berargumen: Maaf Pak, saya masih sibuk mengerjakan yang lain. Kalau alasan ini hanya dipakai sekali saja, saya memahami dengan setulus hati. Namun ada jenis teman yang nyaris menggunakan ini sebagai alasan ketika tugas-tugas yang diberikannya belum kelas. Dan saat itulah saya berpikir, kok justru saya yang tidak pernah merasa sibuk ya? Oleh karenanya saya jadi merenung dan berprasangka; jangan-jangan saya salah memberikan tugas. Atau bisa jadi saya menugasi orang yang semestinya tidak melakukannya?

Dan jika prasangka itu tidak tertahankan, saya akan memberikan tugas tersebut kepada teman yang lain, atau bahkan sering saya sendirilah yang mengerjakan dan menuntaskannya. Meski dengan demikian akhirnya saya membatin juga: Masih perlukan saya dengan teman yang punya model seperti ini?
Jakarta, 14 Oktober 2009

No comments: