Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

06 May 2012

Quality Time

Untuk kesekian kalinya saya ditegur oleh anak saya, karena tidak memberikan kontak mata kepadanya saat mendengarkan cerita seru yang sedang menimpanya di sekolah, berkenaan dengan pakaian seragam tari Saman, yang menjadi tanggungjawabnya. Tidak itu saja, bahwa diapun mengancam untuk tidak melanjutkan ceritanya karena itu. Maka saya berhenti melihat layar TV yang sedang menayangkan siaran langsung liga sepak bola. Namun lagi-lagi, teguran itu disampaikan lagi manakala perhatian saya tidak fokus lagi. Yaitu ketika saya harus membuka HP yang tiba-tiba memberi kabar kepada saya akan adanya pesan yang masuk. Alhasil, HP saya tutup dan letakkan. Kembali kepada fokus utama saya untuk menyimak cerita atau persisnya curhatan anak bontot saya.

***
Pengalaman  itu mebawa ingatan saya kepada satu buku yang baru saja saya baca; The 5 Love Languanges of Children. Apa saja lima bahasa cinta anak itu? Dalam buku yang ditulis oleh Gary Chapman dan Ross Campbell ini menjelaskan: Satu; Physical touch. Dua; words of affirmation. Tiga; Quality time. Empat; Gift. Dan yang terakhir, lima; Acts of service. Dan pada bagian quality time tersebut saya membaca kisah nyata yang disampaikan yaitu; kisah seorang boicah yang bernama Ella, yang berusia empat tahun. Dimana Ella mendesak sang Ibu untuk dapat bermain bersamanya. Sementara sang Ibu sedang menyelesaikan tugas yang harus dikerjakannya. Oleh karenanya sang Ibu meminta waktu agar menyelesaikan tugasnya itu sebelum menemani Ella bermain. Sang Ibu meminta Ella untuk bermain sendiri dan nanti dirinya akan datang begitu tugasnya selesai. Namun beberapa menit kemudian Ella datang ke Ibunya dan Ibunya belum menyelasikan tugasnya. Sang Ibu memintanya untuk bermain sendiri lagi. Dan berjanji untuk menemaninya nanti. Dan lima menit kemudian, Ella kembali menemui Ibunya untuk mengajak bermain. Dan dari kisah itu, penulis buku mengajak kita untuk mengambil pelajaran. Bahwa anak membutuhkan quality time. Namun kadang kita akan memberikannya ketika kita sendiri telah merasa bebas tugas. Sementara pada waktu yang bersamaan, anak kita tidak lagi membutuhkan kita?

Ingatan saya kepada kisah Ella dan Ibunya itu yang akhirnya memberikan dorongan kepada saya untuk secara total menyimak apa yang akan disampaikan anak saya kepada saya. Total, karena saya benar-benar memberikan waktu saya saat itu hanya untuk mendengar apa cerita anak. Saya melihat bagaimana ekspresi kesal dan sebel anak ketika menyampaikan cerita itu. Sekali dua kali saya juga mengirek informasi yang saya ingin tahu lebih lanjut dari cerita yang disampaikannya. Dan peristiwa malam itu membuat saya bertambah ilmu pada saat melakukan menyimak lawan bicara.

Satu hal yang mungkin sering saya lakukan ketika ada teman guru atau siswa atau mungkin siapa saja yang mencoba berkomunikasi dengan saya pada saat saya mungkin sedang melakukan sesuatu yang saya sendiri merasa tanggung untuk meninggalkannya. Namun dari sekilas kisah itu, saya mudah-mudahan selalu diberikan komitmen untuk dapat memberikan waktu saya secara total kepada lawan bicara.

Saya juga termotivasi dengan apa yang disampaikan oleh teman pada akhir pekan lalu dalam sebuah pertemuan untuk benar-benar memberikan perhatian dalam berkomunikasi yang baik. Yang dalam bahasa agama, menurut apa yang disampaikan teman itu, sebagai fiqud dakwah. Semoga.

Jakarta, 06 Mei 2012.

No comments: