Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

24 May 2012

Berhenti Bermain Bola

Cerita saya ini bukan tentang pemain yang jarena usia maka harus menggantu sepatu, berhenti bermain bola, terutama sepak bola, sebagaimana berita-berita dari para pemain sepak bola profesional. Cerita saya masih sekitar anak-anak murid saya di sekolah yang harus dengan terpaksa saya hentikan untuk bermain bola, kadang futsal dan kadang basket karena hari memang benar-benar sudah malam! Meski jam waktu itu masih menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat. Namun untuk ukuran siswa sekolahan yang masuk sekolahnya pukul tujuh pagi, maka keberadaan mereka di sekolah sudah duabelas jam.

Juga karena para supir anak-anak itu yang dibuatnya  tidak berkutik, sehingga harus menunggu hingga majikan kecilnya tuntas dan dengan sukarela mau masuk mobil untuk kemudian pulang. Juga para anggota satuan pengaman sekolah yang hanya mampu menghimbau agar pemainan dihentikan karena guru ekskul mereka malah lebih dulu meninggalkan sekolah, namun mereka tetap bertahan melakukan dribble bola basket.

Alhasil, saya siasat tradisional dilakukan para anggota satuan pengamanan tersebut dengan cara tidak menyalakan lampu yang akan membuat lapangan serbaguna di depan bangunan sekolah itu menjadi terang benderang. Dengan maksud tentunya agar 'perkumpulan' anak-anak tersebut bubar dan berhenti bermain bola.

Begitu sulitkah anak-anak itu untuk segera meninggalkan sekolah atau setidaknya permainan yang dilakukannya begitu waktu magrib menjelang? Kenyataannya memang begitu. Anak-anak itu tetap bertahan bermain bola. Hingga ketika supir mereka telah menerima telepon dari para orangtuanya agar segera menjemputnya di kantor. Maka anak-anak itu segera bergegas meninggalkan sekolah. Memang mereka akan berhenti total bermein bola manakala kumandang azan berbunyi. Namun bola akan kembali dimainkan persis ketika azan telah usai dikumandangkan.

Seperti sore kemarin. Saya terpaksa memarkir kendaraan saya persis di depan gawang. Dan sekaligus meminta anak-anak itu untuk pulang dan istirahat agar eoknya mereka kebali dapat bermain bola dengan lebih puas lagi. Memang ada nada protes dari mereka, namun saya katakan bahwa pemain profesional selalu disiplin dalam menepati jadwal latihan. Tidak kurang dan juga tidak akan kelebihan. Dan alhamdulillah, mereka satu-satu meninggalkan sekolah dan menuju kendaraan yang telah siap menjemput mereka satu-satu.

 Pertanyaan saya berikutnya adalah; mengapa mengapa begitu sulitnya untuk meninggalkan sekolah, meninggalkan permainannya bersama teman-temannya, berpisah dengan teman-teman yang ada di sekolah? Saya tidak tahu jawaban pastinya, namun saya hanya mendengar salah seorang dari mereka bahwa kalau sudah sampai di rumah maka mereka hanya akan masuk ke ruang mereka masing-masing dan asik dengan alat permaiannya masing-masing.

Apakah rumah dan interaksi di dalamnya tidak membuat kalian rindu dan ingin segera cepat sampai di rumah? Tanya saya suatu kali. Mereka menjawab; tidak ada yang merindukan kami di rumah Pak. Maka kamipun tidak merindukannya...

Allahua'lam bishawab...

Jakarta, 24 Mei 2012.

No comments: