Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

07 November 2009

Punya Handy Cam


Ini memang cerita konyol. Tapi justru dari cerita inilah saya memperoleh sesuatu kejutan yang, sepanjang karir saya sebagai guru atau orang yang bekerja di lembaga pendidikan, kejutan yang mengesankan. Cerita berawal dengan mimpi saya untuk memiliki alat perekan Handy Cam. Alat ini saya impikan karena dengan alat ini saya akan lebih memberikan gambaran visual kepada audiens tentang apa yang saya maksudkan ketika memberikan presentasi. Oleh karenanya, alat ini menjadi daftar kebutuhan yang harus saya punyai.

Seperti kebiasaan saya sebelumnya, saya orang yang tidak mudah menyembunyikan apa yang ada dalam benak saya. Alhasil, keinginan ini terungkap juga saat saya berbincang-bincang ringan dengan teman. Meski bukan dengan semua teman. Paling tidak, keinginan ini sudah tidak menjadi rahasia lagi dikalangan beberapa teman saya di kantor.

Dan sekitar Desember 2003, saat saya masih berada di jalur TOL JORR RS Fatmawati-RC Veteran yang masih sepenggal (keluar masih di RC Veteran dan kita akan masuk lagi jalur TOL BSD setelah Masjid Bintaro Sektor 3), telepon saya berdering. Seseorang di seberang, saya mengira posisi teman ini masih dalam mobil jemputan sekolah, mungkin berada di wilayah Pondok Jagung, Pondok Aren, Tangerang, menanyakan kepada saya: Apakah saya masih berminat untuk memiliki handy cam? Saya jawab masih. Maka diberikanlah spesifikasi alat impian tersebut beserta harga yang diinginkan.

Diceritakan bahwa handy cam tersebut dimiliki seorang pilot yang nyaris tak terpakai lagi. Namun kondisinya masih sangat bagus. Demikian teman saya mempromosikan. Dan karena ini penawaran langka, maka tanpa basa-basi saya langsung mengiyakan. Bahkan saya tanyakan kepada teman saya itu, kapan alat tersebut ada pada saya. Nanti saya hubungi lagi. Tapi Pak Agus mau tidak dengan harga satu juta rupiah?

Sekitar pukul 12.00, saat waktu makan, saya mengantar teman saya di kantor yang lain menuju ATM yang ada di Bundaran Golf Bintaro Sektor 7. Teman saya yang ini menawarkan pinjaman tanpa agunan dan tanpa bunga kepada saya sebagai pembayaran dari pembelian handy camp yang ditawarkan itu. Gembira hati saya. Cita-cita untuk merekam proses, sebentar lagi akan saya dapatkan. Pikir saya.

Sekitar pukul 14.00, teman saya yang lain, guru IT di sekolah kami, pemilik dari http://gurukreatif.wordpress.com/ bertanya kepada saya apakah handy cam-nya sudah didapat? Pertanyaan ini melahirkan sedikit ketidak senangan saya. Lho kok masalah handy camp menjadi bahan yang tidak rahasia lagi? Dari mana Pak Agus tahu saya beli handy cam?

Satu atau dua hari setelah peristiwa tersebut, dengan handy cam yang belum ada di tangan saya meski satu juta rupiah uang pinjaman telah saya sampaikan, tepatnya Jumat tanggal 19 Desember 2003 pukul 09.50 saya ada diantara komunitas sekolah kami dalam assembly. Ini adalah assembly paling terakhir saya sebagai salah satu bagian dari sekolah ini. Dan karenanya, saya diminta untuk berdiri di panggung sebagai perpisahan.

Sebelum Shalat jumat, teman sebelah ruangan saya, yang punya jabatan Junior Primary Principal, meminta saya untuk membuka bingkisan perpisahan disanksikan beberapa teman yang telah berkumpul diruang kantor kami. Mungkin ada sekitar 4 atau 5 orang.

Dan ketika bingkisan saya buka: Handy Cam! Tentu saya girang. Tapi saya masih berpikir beda, lho saya bakal punya dua handy cam? Buru-buru teman sebelah ruangan meminta saya membaca 'surat' yang ditempel di kardus handy cam impian itu (Lihat lampiran yang saya scan).

Terima kasih semua teman di SGJ hingga Desember 2003. Nama Anda terukir indah dalam perjalanan hidup saya. Perintiwa handy cam ini, merupakan drama rekayasa yang sangat dahsyat bagi saya. Terima kasih.

Jakarta, 7 November 2009.

No comments: