Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

23 November 2009

Berjasa?


Pada waktu membicarakan pengembangan lembaga, kami dibenturkan pada kenyataan bahwa beberapa diantara kami yang berpotensi menjadi hambatan bagi pengembangan. Hambatan tersebut lahir atas kenyataan bahwa kurang dipenuhinya persyaratan standar minimal akademis. Dimana sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen, maka guru untuk tingkat pendidikan Pra Sekolah hingga Sekolah Menengah, harus strata 1 atau Sarjana. 

Dan setiap langkah kami akan mulai dengan mendiskusikan alternatif serta solusi bagi pengembangan, fakta akademis yang ada diantara kami ini terus saja menghantui kami.

Beberapa teman sempat mengingatkan kami agar melihat bahwa orang-orang yang menjadi sasaran bidik kami itu adalah orang-orang yang memiliki jasa atas besarnya lembaga kami. Dimana mereka, ketika awal sekolah kami berdiri, direkrut dengan tidak perlu menjadi seorang sarjana.

Juga komentar dari mereka sendiri bahwa, mereka datang ke lembaga kami ketika lembaga ini halamannya masih belum sebaik dan serapi sebagaimana sekarang.

Esensi dari apa yang mereka sampaikan adalah, jangan mentang-mentang lembaga ini sudah besar sehingga melupakan jasa mereka. Sehingga manakala tuntutan akademis harus menjadi prasyarat bagi pengembangan sekolah, dan mereka menganggapnya hal ini justru sebagai hambatan karena ketidakmauan atau mungkin ketidaktahuan dan kesungkanan mereka untuk memulai malanjutkan pendidikan di perguruan tinggi, maka kami membuat tuntutan yang diangapnya sebagai bentuk tidak menghargai jasa yang telah mereka kontribusikan.

Jasa?

Dan ketika kami bersama manajemen lain yang memegang amanah dari lembaga sedang sibuk untuk menemukan jalan bagaimana mengajak teman tersebut memenuhi syarat akademis dengan cara melanjutkan pendidikan, benak saya berbicara lain.

Bisakah berjasa jika dalam setiap bulannya lembaga telah membayar tunai ikhtiar dan kerja kita sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama dalam bentuk kesepakatan kerja sebelumnya? Pikir saya. Bisakah saya mengatakan bahwa saya berjasa di lembaga saya ini jika lembaga telah tunai membayar saya sebagaimana yang tertuang dalam surat perjanjian kerja?

Saya tidak menemukan jawaban. Namun saya mencoba untuk berlogika bahwa, jika dalam saya bekerja saya juga menyertakan nilai transendental, maka saya tidak akan pernah satu kalipun mengatakan bahwa saya telah berjasa. Biarlah Allah yang menilai apakah saya berjasa atau tidak dikelak kemudian hari.

Karena dengan apa yang telah saya ikhtiarkan kepada lembaga dimana saya mengabdikan kompetensi saya, dan lembaga telah memberikan apa yang tertulis dalam kontrak kerja yang telah saya sepakati sebelum saya menunaikan perkerjaan yang menjadi tugas saya di lembaga ini, bukanlah ini berkorelasi sama dengan? Bukan lebih besar atau lebih kecil?
Allahu'alam bishawab.
Jakarta, 23 November 2009.

2 comments:

Anonymous said...

Ibu Bella: Setiap orang tentu mempunyai kadar yg berbeda dalam menilai suatu keadaan. Masalahnya adalah apabila dulu tidak ada guru guru yg mau menyumbangkan jasanya ketika imbalan masih sangat minim, atau bahkan mungkin hanya bisa dibalas dengan beberapa kg beras, belum ada ketentuan upah minimum, maka mungkin banyak sekolah yg sekarang sudah besar dan megah itu tidak ada....
Saya ingat dahulu awal ikut dalam usaha seperti ini, mustahil sekolah yg sekarang sudah berkembang itu ada kalau tidak ada guru-guru yg mau mengorbankan dirinya demi kepentingan orang banyak...

Saya sarankan, sebaiknya dibicarakan dari hati ke hati, tentang apakah yg dikhawatirkan oleh para guru 'sepuh' kita ini. Sebab biasanya orang menolak karena takut menghadapi sesuatu yg tidka bisa mereka bayangkan. Takut keluar dari 'comfort zone' mereka. Dukungan dab motivasi dari teman sejawat dan pimpinan sekolah sangat diperlukan.

Kalua kita mengerti asalan mereka, tentu kita bisa mencari jalan keluarnya.

Semoga berhasil membawa perubahan kepada segenap jajaran guru ke arah yg diharapkan.

Wassalam.

Anonymous said...

Ratih Saraswati: "Saya juga memiliki masalah yang sama Pak Agus, menurut saya yang berkembang bukanlah lembaga pendidikan kita tetapi kebutuhan anak didik kita yang berkembang. Mereka membutuhan pendidikan yang dapat mempersiapkan mereka menghadapi abad 21, sehingga lembaga pendidikan kita yang sebelumnya didirikan untuk menghadapi abad 20 mempunyai kewajiban mempersiapkan diri untuk menjalankan amanah ini. Saya ingat pepatah Cina “teachers open the door but you must enter by yourself..” kita berkewajiban memberdayakan anak didik kita sehingga mereka “dapat dilepas” dikemudian hari.. untuk dapat melakukannya lembaga harus memberdayakan diri juga sehingga bisa menjalankan fungsinya dengan baik. Saya sangat terinspirasi Albert Einstein yangmengatakan “insanity is doing the same thing over and over again but expecting different result”.. kita tidak dapat melakukan hal yang sama yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun dimasa lalu tapi kita berharap anak kita mampu menghadapi masanya…