Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

16 June 2009

Yang Berselendang Warna Apa?


Mau pilih yang pakai selendang warna apa? Yang berselendang hijau atau selendang Oranye? Begitulah pertanyaan seorang siswa saya kepada teman yang duduk disebelahnya, di depannya, dan juga kepada saya sendiri yang ada di belakangnya. Namun karena saya tidak mengenakan kaca mata (Harap maklum, saya berkacamata minus sekaligus silinder). Maka saya tidak berani menjatuhkan pilihan sama sekali. Berbeda dengan para siswa saya ini. Mereka terus kasak kusuk dalam menentukan pilihan mereka masing-masing. Tentu dengan segepok argumentasi.

Dan setelah diskusi diantara mereka berlangsung beberapa saat. Saya melihat ada kesepakatan diantara mereka untuk memilih salah satu dari dua perempuan penari yang mengenakan selendang tersebut. Dua perempuan yang berperan sebagai Dewi Shinta, istri Arjuna Raja dari kerajaan Astina. Dan yang satunya lagi adalah Prijata, pengawal Dewi Shinta.

Dewi Shinta dan Prijata tersebut adalah tokoh yang siswa kelas IX SMP bersama orangtua dan guru dari Sekolah Islam TUGASKU tonton dalam Sendratari Ramayana di Prambanan, Jawa Tengah pada hari Kamis tanggal 11 Juni 2009 pukul 20.00. Pentas berdurasi lebih kurang 2 jam ini ditonton tidak lebih dari 500 orang yang duduk melingkar mengelilingi panggung terbuka yang megah. Dengan cahaya lampu panggung yang apik, juga temaramnya cahaya bulan purnama. Serta apresiasi penonton yang selalu membahana manakala adegan yang satu berganti dengan adegan berikutnya.

Cerita Ramayana ini antara lain mengisahkan tentang petualangan Rahmana, Raja dari Kerajaan Alengka untuk mempersunting Dewi Shinta, wanita yang telah bersuamikan Arjuna. Juga bagaimana heroiknya tokoh Hanoman yang tertangkap oleh Indrajit dan Kumbakarna, adik dari Rahmana, ketika memata-mati kerajaan Alengka guna membebaskan Dewi Shinta dari cengkeraman Rahmana. Dimana ketika ia harus menerima hukuman dibakar, namun justru dengan pintarannya, Hanoman menggunakan api tersebut sebagai bahan bakar untuk membumihanguskan Alengka.

Sebuah pengalaman yang unik untuk saya sendiri. Karena ini adalah kesempatan saya kali pertama untuk menonton sendratari tersebut.

Demikian juga dengan beberapa siswa saya. Namun tak kurang ada beberapa diantara siswa kami yang sulit memahami alur cerita dari drama kolosal tersebut sehingga menyebabkan menjadi bosan.

Jakarta, 16 Juni 2009.

No comments: