Siang ini kambali saya akan bicara dengan guru-guru terbaik saya tentang masa depan sekolah. Ini menjadi hal yang penting agar akhir pekan ini tidak terlalu dihantui pikiran negatif tentang egoisme.
Ya benar, tentang egoisme. Pengakuan diri yang berlebihan. Sehingga beberapa guru yang saya kenal bagus ter[eleset dengan ke akuannya. Merasakan bahwa aku nya berkompetensi. Aku nya memiliki kemampuan bagus untuk menggantikan seniornya sebagai pimpinan atau leader. Aku nya yang merasa mampu bukan mampu merasa.
Oleh karenanya, saya akan menyampaikan bahwa sebagai bagian dalam sebuah sekolah formal swasta Islam, maka harus menjadi paradigma dasar kita adalah, bahwa kita adalah bagian inheren dari sebuah fenomena sosial berikut ini;
1. Kita sebagai bagian dari Sekolah Umum
2. Kita sebagai bagian dari Sekolah Swasta
3. Kita sebagai bagian dari Sekolah Islam,
Yang dengan demikian maka keberadaan kita sebagai bagian dari koordinat tersebut, dan sekaligus juga kita sesungguhnya sedang dalam kompetisi.
Sebagaimana kita yakini bersama bahwa jika dalam sebuah kompetisi, maka hakekatnya kita adalah dengan sekolah lain sama-sama sebagai kompetitor. Dan dalam ranah ini, eksistensi kita tetap berlanjut bila menjadi pemenangnya. Berbeda jika pasarnya gemuk, maka kita akan tetap bisa menjadi pemenang bersama-sama.
Lalu apa yang menjadi tahapan berikut setelah kita memahami paradigma dasar tentang Sekolah Swasta Islam? Tidak lain adalah apa yang menjadi etalase kita sebagai sekolah. Yang antara lain adalah;
1. Fisik Sekolah
2. Fasilitas Sekolah,
3. SDMnya.
Yang dalam ketiga sisi yang ada tersebut, akan saling kait dan saling memberikan pengaruhnya. Bangunan fisik selain kokoh dan indah, juga adalah pemeliharaannya. Terpeliharanya fisiknya, bagusnya, bersihnya, dan kecemerlangan sebuah gudungnya. Demikian pula dengan keberadaan fasilitas sekolah yang ada.
Selain fungsi dari fasilitas yang tersedia, juga adalah keakraban warga sekolah dalam memanfaatkan fasilitas yang dimilikinya. Untuk itu, maka tingkat kesibukan fasilitas sekolah harus menjadi prioritas agar fasilitas tidak sekedar sebagai pemanis penampilan.
Sedangkan SDM, akan menjadi soko guru bagi keberlangsungan sekolah. Mengingat Guru atau pendidik dan tenaga kependidikan yang akan memberikan ruh bagi tumbuhnya dan derasnya cerita baik dari murid yang ada didalamnya kepada orang-orang terdekatnya di rumah.
Yang dari cerita baik tersebut akan memberikan efek dengung positif di atmosfir persaingan.
Jakarta, 8 Agustus 2025