Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

09 August 2016

Menemani 'Perubahan' Guru #28; Dimana Harga Diri Saya Pak?

Rotasi guru dalam proses untuk mencapai kebaikan individu dan juga lembaga secara keseluruhan, menjadi bagian yang tidak terpisahkan. Biasa jadi kegiatan pergeseran atau sering disebut sebagai mutasi tersebut karena kita ingin memberikan kesempatan kepada individu yang bagus untuk berkembang lebih baik lagi, ada pula kalanya kita 'menyimpan' individu yang memang sering kita menerima masukan baik dari teman yang ada pada posisi horisontal atau juga yang berada di vertikal. Bahkan tidak jarang, bagi kami yang bergerak di dunia pendidikan formal, sekolah, masukan paling gencar adalah dari pihak orangtua siswa.

Khusus untuk mutasi individu, hal ini dilakukan antara lain kerena atau atas dasar dari masukan orangtua, dan itulah yang menjadi catatan saya kali ini. Ini karena telah berulang kali kami mencoba menetralkan masalah yang tumbuh dan berkembang berkenaan dengan perilaku dan kesungguhan dari teman kami di dalam menangani peserta didiknya di dalam kelas, juga tidak jarang kami harus mencoba secara persuasif memberikan masukan kepada individu dimaksud atas masukan yang kami terima, yang jika kami amati sumber masalahnya ada karena tidak totalnya teman kami tersebut dalam mengemban amanah keguruannya di hadapan peserta didiknya.

Diantara hal yang menjadi ketidaktotalan dalam merealisasikan amanah keguruan tersebut adalah membawa masalah kehidupan pribadinya ke dalam ranah profesi yang diembannya. Hal ini menjadikan kerancuan pikir yang pada ujungnya berdampak kepada situasi batin yang sering melahirkan amarah yang tidak pada tempatnya. Atau juga pada ranah semangat dirinya dalam mengemban tugas. Terlalu terbawa suasana hati yang malas. Ujungnya adalah pekerjaan yang dijalaninya dilakukan tidak dalam kecermatan dan ketelitian. Juga pada akhirnya pengembangan diri menjadi hal yang tidak masuk dalam skala prioritasnya.

Dengan hal-hal yang demikian itu, maka kunjungan dari pihak orangtua atau juga melalui pesan di seluler datang kepada Kepala Sekolah untuk mempertimbangkan masukannya sebagai bagian dari pengambilan keputusan. Maka tahapan-tahapan pembinaan dicoba untuk disampaikan dengan tata kerama yang se-santun-santunnya. Termasuk di dalamnya adalah pilihan kata yang akan disampaikan.

Namun jika pun apa yang telah diupayakan sebagai bahan perbaikan individu juga telah berlangsung dan proses perbaikan memang tidak tampak secara signifikan, maka standar lembaga akan menjadi indikasi bagi Kepala Sekolah untuk menemukan solusi atas semua itu. Maka kepada individu tersebut bisa jadi masuk dalam proses mutasi. Dan karena posisi  guru hanya ada pada posisi guru utama, guru pendamping, dan guru spesialis, maka pada posisi-posisi yang ada itulah kami menentukan dimana paling pas kepada individu yang kami maksudkan.

Lalu ketika posisi telah diputuskan oleh Kepala Sekolah bersama kami sebagai bagian dari strategi sukses pada tataran lembaga, maka menjelang liburan yang lalu ada pesan seluler yang masuk di Kepala Sekolah bahwa salah satu individu yang terdampak mutasi menyatakan kalau dirinya tidak mendapat penghargaan yang selayaknya dari lembaga.

"Dimana harga diri saya Pak?" Demikian lebih kurangnya apa yang kami baca di layar seluler kami. Dan kalimat ini membuat kami termenung, mengapa individu kadang merasa dirinya begitu layak mendapat penghormatan sementara kinerja riilnya begitu tidak dijadikannya pertimbangan untuk menakar harga dirinya?

Maka inilah yang menjadi agenda professional development di lembaga kami untuk mengawali tahun pelajaran baru dalam langkah kami melakukan pengembangan diri dan pengembangan lembaga, sebagaimana semangat kami untuk melakukan transformasi...

Jakarta, 8-9.08.2016

No comments: