Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

15 September 2012

Mudik #10; Bagaimana Menikmati Jalan?

Sebagai catatan caya pada perjalanan mudik pada Idul Fitri tahun ini (1433 H/2012), ada satu hal yang mungkin baik untuk saya tuliskan disini, yaitu berkenaan dengan usaha saya mempromosikan enak, nikmat, dan senangnya perjalanan yang akan kami jalani selama berjam-jam dengan berkendaraan darat, tentunya, agar anak-anak dan istri saya tidak menjadikan lamanya perjalanan darat sebagai sebuah hambatan atau bahkan pengalaman jelek sehingga tidak ada celah untuk dapat menikmati. Usaha ini perlu saya lakukan agar ketika mudik di masa berikutnya bukan sebuah peristiwa keterpaksaan bagi mereka. Tetapi sebaliknya, ketika mudik, mereka akan menyongsong dan melakukannya dengan penuh antusiasme.

Mengapa demikian? Karena dari seluruh anggota keluarga saya, yang benar-benar memaknai mudik sebagai perjalanan menyenangkan adalah saya sendiri. Ini karena saya punya ikatan batin dan emosi terhadap daerah tujuan mudik. Sementara istri dan anak-anak saya, adalah mereka yang tidak mengenal budaya mudik. Yang meraka bayangkan ketika saya mengajaknya mudik adalah perjalanan berwisata. Untuk itulah saya mencoba sekuat tenaga agar setiap perjalanan mudik adalah bagian hidup kami yang menggairahkan bagi seluruh keluarga. 

Usaha Saya

Apa usaha saya untuk mewujudkan setiap perjalanan mudik sebagai bagian hidup yang menyenangkan bagi kami sekeluarga? Mungkin inilah ikhtiar yang selama ini saya lakukan, yang setidaknya membuahkan hasil.  Apa indikator hasil itu? Sederhana saya, yaitu ketika kita rencanakan untuk mudik, maka tidak ada resisten dari anggota keluarga. Bahkan kami antusias untuk merenacanaka destinasi sebagai pengisi perjalanan mudik itu. Juga membuat keputusan rute perjalanan dari yang saya ajukan.

Usaha itu adalah; Pertama, Menguasai daerah dan perjalanan dari asal ke tujuan hingga kembali ke asal dimana kami berangkat. Yaitu Jakarta, sebagai awal perjalanan kami, menuju Purworejo, sebagai daerah tujuan kami. Pemahaman ini kebutulan saya peroleh dari proses berulang kali saya melakukan mudik. Baik mudik dengan berkendara dengan kendaraan sendiri atau dengan naik kendaraan umum. Selain juga kegemaran saya untuk mengumpulkan peta mudik yang secara gratis saya dapatkan di toko buka yang saya kunjungi setiap menjelang akhir bulan Ramadhan.


Bersama teman di Congot, Kokap, 2009.
Selain rute jalan utama, saya juga mencoba mencicipi jalan-jalan alternatif dan jalur wisata, serta destinasi. juga dibeberapa tempat, adalah tempat makan yang menyajikan sesuatu yang berbeda.

Kedua, Berani melakukan eksplorasi perjalanan dengan cara tidak selalu memilih jalur mudik yang sama 100 %. Baik barangkat dan pulang, atau mudik tahun ini dengan tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pada awalnya, saya mempunyai perasaan bahwa dalam setiap mencoba sesuatu yang baru, dalam hal ini melalui jalur mudik yang baru, ada sedikit ketidakyakinan dalam diri, atau serang dalam bentuk kekawatiran. Namun dalam perjalanan berikutnya, dengan keyakinan kepada kondisi tubuh dan kendaraan, maka peristiwa melalui jalan yang sebelumnya belum pernah saya pilih, justru menjadi sesuatu yang penuh antusiasme. Dan ini justru memberikan kesan menantang.

Ketika, mempromosikan daerah-daerah yang kami lewati, sebagaimana pemandu wisata ketika sedang memandu para touris. Ini juga membawa suasana di dalam kendaraan yang tidak menoton dengan musik. Dan obrolan ini, juga membawa kehangatan yang menggairahkan.

Jakarta, 9-15 September 2012

No comments: