Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

22 July 2012

Barang Tertinggal di Loker Sekolah

Banyak barang tertinggal dan di simpan dengan baik di loker sekolah. Semua, adalah barang-barang siswa kami. Ada beragam bentuk barang. Kalau dinilai harga, mungkin botol minum dan pakaian seragam menjadi hal yang pantas untuk dihitung. Tapi kertas ulangan yang tercecer dan kemudian berhasil kita kirim ke kelas dimana anak tersebut berada juga bukan hal yang remeh untuk tidak dihitung. Tetapi itulah sekelumit catatan saya pada awal libur akhir pelajaran yang baru berlalu.

Sudah menjadi kebijakan kami bahwa seluruh barang yang tertinggal dimana saja, atau ditemukan oleh siapa saja di lingkungan sekolah, dan kebetulan tidak bernama dan beralamat kelas, maka loker yang kami sediakan di dekat pintu gerbang sekolah adalah tempatnya. Ini kami lakukan karena tidak jarang keesokan harinya akan ada utusan dari rumah siswa untuk mencari barang-barng yang tertinggal itu.

Dan pada siang itu, saya meminta kepada seorang diantara peramubakti kami untuk membantu saya membersihkan seluruh loker-loker yang ada dari berang-barang tertinggal. Baik yang berupa botol minum yang jumlahnya pada siang itu lebih kurang dua puluhan, dan juga barang-barang lain, baik pakaian seragam atau perlengkapan sekolah lainnya. Pendek kata, semua barang itu saya minta untuk benar-benar tidak berada lagi di dalam loker.

Ini kami lakukan karena anak-anak yang tertinggal barang-barangnya itu, tidak merasa kalau ada barang yang dimilikinya tertinggal atau bahkan hilang. Seperti misalnya jika kami mengumumkan beberapa barang yang ada di loker adalah barang-barang kalian yang tertinggal hingga kami eminta mereka mencari barangnya yang mana? Tetapi memang benar-benar bahwa anak didik kami itu benar-benar  tidak tahu dan merasa kalau ada barang yang dimilikinya tertinggal. Jadi? Yang menumpuk saja barang-barang itu di dalam loker untuk selamanya bila kami tidak mengambil tindakan untuk membersihkannya yang berencana untuk menghibahkan kepada pihak yang membutuhkan.

Kenyataan bahwa anak-anak itu tidak mengenali botol minum atau bahkan pakaian seragamnya yang tidak diberi nama oleh orangtuanya, menurut pengamatan saya, karena memang anak-anak itu tidak dibelajarkan untuk mempersiapkan diri sejak dari rumah. Semua serba bantuan dari pihak lain. Jangankan botol minum, saya justru menduga kalau buku pelajaran anak-anak didik saya itu pun masih diintervensi oleh orang dewasa di rumah mereka masing-masing. Alhasil, anak-anak itu semacam robot yang tidak menyadari bahwa botol minum menjadi bagian dari perlengkapan sekolah yang mereka harus bawa pulang kembali.

Itulah sebuah tantangan bagi kami di sekolah dalam menyimpan alat dan perlengkapan sekolah yang tidak mendapat pengakuan dari tuannya.

Jakarta, 13-22 Juli 2012.

No comments: