Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

17 February 2011

Maaf, Saya Harus Menolaknya

Maaf, kalau kali ini pun saya harus menolaknya. Ada beberapa alasan yang membuat saya harus membuat kebijakan seperti itu. Menolak tawaran kerjasama dari badan-badan yang menjual skill-nya untuk mengoptimalkan belajar siswa atau mengembangkan nama baik sekolah. Menolak atas tawaran kerjasama bisnisnya dalam mengakselerasi dan melambungkan nama sekolah dari keterampilannya dalam meng-up grade tapak dan tampak serta image sekolah menjadi lebih segar, muda, modern, dan bersinergi dengan keramahtamahan. Menolak untuk membuka rekening bagi seluruh siswa atau untuk uang yang yayasan kelola. Menolak semua bentuk bujukrayu yang berada di luar urusan pendidikan yang menjadi tanggungjawab utama saya sebagai pengelola sekolah.

Karena begitu banyaknya tawaran yang datang klepada saya, semakin saya menyadari bahwa mereka akan menjerumuskan saya untuk terlibat terlalu dalam dalam dunia perdangan dan berbagai budaya instan dalam ranah yang menjadi bagian pokok saya di sekolah ini. Untuk itu, setiap tawaran dan proposal serta presentasi yang datang kepada saya, dengan tanpa tedeng aling-aling lagi saya katakan maaf!

Kecuali tawaran, proposal dan presentasi yang berkait dengan sarana dan prasarana pendidikan yang menjadi bagian pendukung dari keberhasilan siswa dalam mengoptimalkan potensinya. Namun selain itu, saya segera menolak. Bahkan untuk minta waktu bertemu atau preentasi sekalipun. Kejam? Lihatlah argumentasi saya sebelum Anda mengatakan bahwa sikap saya itu kejam.

Pertama; Saya berkeyakinan bahwa sekolah bukanlah lahan yang senada dengan pasar dan hukum-hukumnya. Sekolah adalah komunitas untuk tumbuh dan menumbuhkan perilaku dan akhlak yang luhur. Dan beberapa prinsip yang terdapat dalam dunia dagang nyaris bertentangan dengan prinsip sekolah yang saya yakini. Untuk itu, saya tidak mau terlibat terlalu sibuk dalam kegiatan untung-rugi dalam dunia dagang itu. Meski program dan tawaran yang disampaikan dengan berbagai bahasa dan cara. Saya tetap tidak mudah bergeming. Atau meski program yang ditawarkan adalah lisensi dari negeri adikdaya dengan kontribusi per siswanya 'hanya' IDR 15,000!

Kedua, Saya berkayikan yang seyakin-yakinnya bahwa membangun budaya luhur kedapa komunitas sekolah tidak dapat dilakukan hanya dalam bentuk program akselerasi atau crash programme. Tawaran seperti ini selalu datang dengan nama yang semakin hari semakin menarik. Ada program yang berkenaan dengan pemberdayaan otak, pemberdayaan kekuatan bawah sadar, kedahsyatan strategi belajar, dan sebagainya yang pada ujungnya adalah penarikan uang yang tidak murah.

Dengan keyakinan saya inilah maka dalam kesempatan yang berbeda, saya selalu sampaikan kepada guru dan orangtua siswa dalam berbagai kesempatan bahwa, tidak akan ada akhlak atau bahkan budaya yang permanen yang ditempuh dengan jalan pintas atau jalan instan. Meski kadang keyakinan saya ini menjadi cemoohan bagi mereka yang meyakini atas kesuksesan metode dan strategi yang mereka sudah patenkan. Karena saya hanya yakin bahwa pembelajaran karakter harus melalui keteladanan dan bukan dengan cara instan.

Ketiga, Saya adalah orang yang sakit hati bilamana orang menjual sesuatu dalam bentuk lisensi. Misalnya mereka menjual sebuah alat namun penggunaannya dengan menggunakan password yang jangka waktunya mereka kendalikan. Maka pada tahap awal, langsung saya katakan tidak.

Jadi, maafkan kalau saya harus katakan dengan tidak basa-basi untuk tidak tertarik dan tidak berminat memiliki atas tawaran, proposal, atau bahkan presentasi yang Anda berikan kepada lembaga yang saya dan teman-teman memiliki prinsip seperti itu.

Jakarta, 17-20 Februari 2011.

2 comments:

Anonymous said...

Wawan Saroyo: Aku setuju banget dengan cara Anda menolak. Akupun selalu menolak tawaran-tawaran kerja sama semacam itu. Hal memprihatinkan adalah promosi-promosi mereka yang dikemas bagus, misalnya lembaga kursus kilat yang dapat mengantar anak sukses ujian. Dan anehnya orang tua bangga bisa memasukkan anaknya ke lembaga tersebut meskipun dengan biaya yang tinggi. padahal diminta untuk kenaikkan uang sekolah keberatan. Ini di alami di kota kecilku.
Tentu ini harus menjdai refleksi sekolah, mengapa kehilangan kepercayaan dari orang tua.
sekali lagi, aku setuju dengan pendapatmu.

ikhsan said...

menurut saya itu adalah pilihan yang tepat. wah menarik sekali membaca cerita anda