Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

13 April 2010

Belagu

Kalau dalam bahasa Ibu saya, istilah yang paling cocoknya adalah kemlinthi. Penjelasannya adalah sikap sok. Misalnya saja sok punya. Maka bagaimana menampilkan diri menjadi seperti punya , misal saja seperti orang yang punya uang. Padahal sesungguhnya sikap sok menjadinya itu adalah upaya mengelabuhi diri sendiri yang memang kontras dengan apa yang ditampilkannya. itulah penjelasan saya tentang sikap atau perilaku belagu.
Pagi itu, Ahad, 18 April 2010, kebetulan saya mendengarkan siaran Radio dalam acara Talk Show Tilawah Al Quran yang menghadirkan Ustad Yusuf Mansur dan Ustad Efendi. Dalam selingan ceramahnya, Ustad Yusuf bercerita bahwa masih ada beberapa orang yang menjadi imam ketika shalat di masjid, yang bacaan shalatnya masih belum tuntas benar. Dimikian Ustad muda ini mengawali ceritanya. Repotnya, lanjutnya, ketika saya mencoba untuk menyampaikan beberapa bacaan yang kurang benar itu, si imam justru nanya; memang antum siapa?
Diceritakan pula saat rombongan Ustad ini jamaah di suatu tempat di tanah Arab, dan kebetulan imam masjidnya ada yang kurang benar dalam bacaannya, dan disampaikan kekurangannya itu, maka sang imam langsung meminta agar seluruh bacaan Qur'annya di koreksi. Nah!

Dari apa yang saya dengarkan pagi itu saya memperoleh pencerahan kalau belagu juga dekat dengan kebodohan. Artinya, seseorang yang memiliki sikap belagu, akan membuat dirinya untuk menjadi yang paling benar dan yang paling pintar diantara orang yang ada, sehingga sikap ini akan membuatnya lupa bahwa ada hal penting dalam dirinya yang masih perlu diperhatikan dan diperbaiki. Sikap inilah yag memperlambat pengembangan potensi dirinya.
Sikap ini menutupi potensi kita untuk berkembang melejit. Karena sikap belagu akan membuat seseorang menjadi pongah. Dan sikap pongah akan memunculkan keyakinan pada diri sendiri yang mungkin menjadi berlebihan, yang tidak memungkinkan seseorang menjadi lebih ikhlas dalam menerima masukan. Artinya, sikap belagu sangat boleh jadi milik mereka yang tidak tahu kalau dirinya kurang atau bahkan tidak tahu.

Dari sini jugalah saya akan mulai bergerak sekuat tenaga untuk belajar menjadi orang yang bukan siapa-siapa yang memungkinkan saya melihat diri saya tidak lebih dari pada orang lain yang ada di sekitar saya. Berat. Karena saya terlanjur dewasa. Tetapi bukan berarti tidak mungkin. Dan usaha ini harus saya lakukan karena masa di depan saya masih terbuka lebar untuk apa saja yang saya impikan.

Saya berharap, ikhtiar ini membawa keberkahan hidup. Amin.

Jakarta, 18-27 April 2010

No comments: