Inilah peristiwa yang menarik perhatian saya pada sebuah siang di ruang kelas saat saya menunggu teman-teman berkumpul guna pertemuan rutin. Sebuah laporan dari anak didik yang baru menginjakkan usia 3,5 tahun setelah menonton film di rumah. Laporan disampaikannya sendirian, kala jam pulang sekolah, kepada Ibu Gurunya. Situasi itu memungkinkan karena si anak ternyata belum dijemput pulang. Maka terjadilah peristiwa laporan tersebut di hadapan saya.
Laporan tentang apa yang dia tonton ketika di rumah kemarin tentang tokoh Batman dan Spiderman, tentu membuat kami yang mendengarkan senyum-senyum. Betapa tidak, anakbalita itu masuk ruangan setelah berusaha keras mendorong pintu kayu yang lumayan berat. Dan setelah masuk serta berada di depan Ibu guru yang juga kepala sekolahnya tersebut, anak itu tetap mengundang senyum. Ini tidak lain karena gerak-geriknya yang menggemaskan.
Menyampaikan dengan kalimat yang disusunnya secara terbata-bata dengan suara yang belum jelas benar karena sedikit cadel, justru membuat kami yang ada di ruangan tersebut menjadi lebih bersemangat. Kadang teman kami membantu anak balita itu dalam memilih kata-kata ketika dirasa anak itu mengalami kesulitan. Juga termasuk membetlkan artikulasi kata.
Lebih-lebih ketika anak tersebut mengatakan bahwa ketika dalam membela orang-orang si Batman dan si Spiderman dengan melawan penjahat, kedua tokoh itu sempat menangis. Maka sontak seorang dari kami mengulangi pernyataan anak balita itu; "Jadi Batman dan Spiderman menangis?". Dan dengan ekspresi wajah yang tetap, balita itu memastikan ceritanya bahwa Batman dan Spiderman menangis.
Terlepas dari menangisnya para tokoh pahlawan tersebut, kami tentu tetap senyum-senyum sembari memperlihatkan rasa percaya kepada apa yang disampaikan oleh balita itu sebagai laporan yang membanggakannya. Karena kami yakin bahwa yang paling penting bagi balita tersebut dalam situasi seperti itu, adalah kesiapan kita untuk menyimak terhadap yang dipresentasikannya. Dan itu lahir dari raut muka kami, bahasa tubuh kami, serta kata-kata yang kami sampaikan sebagai penyemangat baginya untuk terus memberikan laporan.
Dan pastinya, apa yang kami lakukan pada siang itu adalah karena siswa yang ada dihadapan kami adalah seorang anak balita yang masih duduk di bangku Kelompok Bermain...
Jakarta, 31 Januari 2013.