Mungkin tidak hanya saya seorang yang pernah mengalami peristiwa semacam ini. Yaitu ketika kita masuk toilet untuk sebuah keperluan, dan ternyata masih ada sesuatu di dalam toilet itu. Saya hanya berpikir, kalau saya tetap ingin menggunakan toilet itu, tentunya saya harus menyiram sesuatu itu yang jelas-jelas bukan kewajiban saya semestinya, tetapi jika saya tetap menggunakanya juga dan sesuatu itu tetap ada, atau bahkan kita juga melakukan apa yang dilakukan oleh orang yang menggunakan toilet sebelum kita. Maka, bagaimana orang yang akan menggunakan toilet yang sama itu sesudah kita? Tentunya ia akan menyimpulkan bahwa itu adalah perilaku jorok kita bukan? Itulah yang saya maksud dengan 'terjebak' di dalam catatan saya ini.
Saya sendiri mengalami hal seperti itu tidak haya sekali atau dua kali. Baik ketika berada di toilet fasilitas umum atau sekolah. Atau bahkan pernah di sebuah pesawat. Dan semua kejadian dalam peristiwa tersebut, saya menyikapinya dengan berbeda-beda. Ketika di rumah misalnya, saya akan membersihkan apa yang saya lihat tersebut untuk kemudian saya komunikasikan dengan anggota keluarga yang lain tentang apa yang telah saya lakukan. Ini karena tidak ada orang lain yang berada di rumah kami selain kami. Tidak ada pembantu atau bahkan tamu.
Berbeda ketika di sekolah, yang kebetulan inilah yang paling sering saya alami ketika saya masuk ke toilet guru atau siswa. Maka saya akan memanggil orang yang paling dekat dengan saya pada saat itu, sebagai saksi tentang sesuatu yang tidak beres di toilet. Dan jika memungkinkan, teman-teman dari cleaner yang saya minta tolong untuk membersihkannya. Untuk kemudian, saya akan berkomunikasi dengan kelas-kelas yang berdekatan dengan toilet yang saya gunakan tersebut. Kepada mereka saya memesankan agar para siswanya terus menerus diingatkan untuk berperilaku 'sopan' ketika akan, sedang, atau sesudah menggunakan toilet.
Demikian juga ketika saya sedang kebelet dan ingin masuk toilet yang ada di bagian depan pesawat. Dimana saat itu saya melihat pemandangan yang sangat tidak pada biasanya. Karena di lantai toilet yang ada di pesawat tersebut ada softek. Yang kebetulan karena posisi toilet berada di bagian depan atau belakang kokpit, maka kami bisa menebak siapa yang berperilaku jorok tersebut.
Pilihan
Sikap saya dalam bereaksi terhadap situasi yang menjebak itulah, yang membuat saya berpikir, untuk menjadi seperti apakah kita. Kita dapat terus menggunakan dengan berkorban, atau kita akan menunda memakai fasilitas yang memang sedang kita butuhkan, Atau mungkin pilihannya justru kita batal menggunakannya. Itu semua adalah pilihan.
Dan pilihan untuk mengabarkan kepada pihak lain, terutama bahwa kondisi toilet yang kotor atau belum disiram sebelum kita menggunakanya, bagi saya, adalah pilihan yang paling baik. Sepertinya!
Saya sendiri mengalami hal seperti itu tidak haya sekali atau dua kali. Baik ketika berada di toilet fasilitas umum atau sekolah. Atau bahkan pernah di sebuah pesawat. Dan semua kejadian dalam peristiwa tersebut, saya menyikapinya dengan berbeda-beda. Ketika di rumah misalnya, saya akan membersihkan apa yang saya lihat tersebut untuk kemudian saya komunikasikan dengan anggota keluarga yang lain tentang apa yang telah saya lakukan. Ini karena tidak ada orang lain yang berada di rumah kami selain kami. Tidak ada pembantu atau bahkan tamu.
Berbeda ketika di sekolah, yang kebetulan inilah yang paling sering saya alami ketika saya masuk ke toilet guru atau siswa. Maka saya akan memanggil orang yang paling dekat dengan saya pada saat itu, sebagai saksi tentang sesuatu yang tidak beres di toilet. Dan jika memungkinkan, teman-teman dari cleaner yang saya minta tolong untuk membersihkannya. Untuk kemudian, saya akan berkomunikasi dengan kelas-kelas yang berdekatan dengan toilet yang saya gunakan tersebut. Kepada mereka saya memesankan agar para siswanya terus menerus diingatkan untuk berperilaku 'sopan' ketika akan, sedang, atau sesudah menggunakan toilet.
Demikian juga ketika saya sedang kebelet dan ingin masuk toilet yang ada di bagian depan pesawat. Dimana saat itu saya melihat pemandangan yang sangat tidak pada biasanya. Karena di lantai toilet yang ada di pesawat tersebut ada softek. Yang kebetulan karena posisi toilet berada di bagian depan atau belakang kokpit, maka kami bisa menebak siapa yang berperilaku jorok tersebut.
Pilihan
Sikap saya dalam bereaksi terhadap situasi yang menjebak itulah, yang membuat saya berpikir, untuk menjadi seperti apakah kita. Kita dapat terus menggunakan dengan berkorban, atau kita akan menunda memakai fasilitas yang memang sedang kita butuhkan, Atau mungkin pilihannya justru kita batal menggunakannya. Itu semua adalah pilihan.
Dan pilihan untuk mengabarkan kepada pihak lain, terutama bahwa kondisi toilet yang kotor atau belum disiram sebelum kita menggunakanya, bagi saya, adalah pilihan yang paling baik. Sepertinya!
Jakarta, 30 Januari 2013.
No comments:
Post a Comment