Hari itu, Kamis, 17 Januari 2013, tepat pukul 08.10, karena kondisi jalanan di depan sekolah yang dengan cepat bertambah volumenya, juga dengan berbagai masukan dari pihak orangtua serta guru berkenaan dengan kondisi hujan yang amat lebat, serta berbagai tempat dengan genangan airnya sehingga menyilitkan perjalanan, maka kami memutuskan untuk segera memulangkan siswa. Sebuah keputusan yang pelik. Mengingat sebagian siswa kami telah dan bahkan baru saja sampai di sekolah untuk kemudian kai memulangkannya?
Tapi itulah keputusan yang kami anggap paling tepat disaat itu. Mengingat beberapa waktu lalu ketika air datang dan memenuhi jalanan di jalanan sekitar sekolah, maka jika terlambat mengantisipasi, penjemput akan benar-benar terjebak dalam kesulitan mengakses jalan. Dengan pertimbangan itu kami sepakat membuat keputusan. Yang pada akhirnya ada banyak yang mensyukurinya, tetapi juga beberapa yang mempertanyakan.
Pantauan dari CCTV terhadap kondisi depan sekolah. |
Namun karena hujan dan air yang tidak saja megenangi sekolah tetapi juga rumah-rumah dari peserta didik kami, maka ada beberapa orangtua yang memilih menunda menjemput putra/putrinya menunggu situasi hujan dan air yang lebih kondusif. Bahkan ada beberapa kendaraan yang 'pendek' terpaksa harus tetap berada di sekolah menunggu genangan air menyusut.
Termasuk sepasang anak didik kami yang terpaksa harus dievakuasi dengan gerobak pemulung. Dengan dua pengojeknya, maka dua anak didika kami itu beserta nenninya duduk manis di kursi sekolah yang dipinjamkan, yang dimasukkan ke dalam gerobak dengan diikat terlebih dahulu.
Bagi kami, guru dan karyawan di sekolah, peristiwa beberapa jam pada saat itu memberikan kesan tersendiri bagi sebuah kerja sama. Terima kasih hujan, yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk bahu membahu. Dan hujan, adalah perwujudan dari karunia-Nya.
Jakarta, 19 Januari 2013.
No comments:
Post a Comment