Ilustrasi pakaian bekas layak pakai. |
Dalam bencana baniir yang melanda Jakarta pada pertengahan Februari 2013, siswa, guru, dan orangtua siswa, dengan koordinasi masing-masing di unit sekolah yang ada di sekolah kami, tidak terkecuali, tergerak untuk mengumpulkan donasi guna didistribusikan kepada masyarakat yang menjadi korban banjir. Pada masa-masa itu, sumbangan yang mengalir melalui unit sekolah yang ada sesegera mungkin didistribusikan kepada masyarakat korban. Baik oleh siswa OSIS dan bahkan juga POMG. Semua berduyun-duyun untuk tujuan yang sama, yaitu meringankan beban karena banjir yang telah menimpanya.
Siswa dan orangtua, mengumpulkan berbagai hal yang dapat membantu atau meringankan beban mereka itu mlalui sekolah. Ada banyak sekali makanan kering, apakah itu minyak goreng, mie instan, air minum mineral, atau yang lainnya. Juga berbagai jenis pakaian, apakah yang baru atau juga bekas layak pakai. Juga, tentunya, yang paling mudah, adalah uang tunai.
Semua sumbangan yang ada itu dikumpulkan di satu tempat untuk diorganisir, dan secara bergelombang disalurkan ke beberapa tempat yang tertimpa banjir. Semua ada di wilayah DKI Jakarta. Orangtua siswa di unit TK, Siswa dan guru di Unit SD, juga tidak ketiggalan para pengurus OSIS di unit SMP, semua bergerak.
Namun ada satu hal yang menjadikan saya tercenung pada pagi itu. Yaitu sebuah kantong plastik yang lumayan besar, yang saya temukan di sekitar meja sekuriti di sekolah kami. Berisi lumayan banyak pakaian bekas. Dan setelah bertanya kesana-kemari, belum ada jawaban yang memuaskan, maka pagi itu saya mengambil inisiatif untuk membuka plastik hitam penuh itu. Dan alangkah kagetnya saya, di hadapan pramubakti sekolah kami, plastik luayan besar itu ternyata peuh berisi pakaian bekas yang benar-benar bekas. Tidak layak untuk dikatakan sebagai pakaian bekas layak pakai. Saya lebih pas untuk mengatakn bahwa pakaian bekas yang berada dalam plastik lumayan besar itu layak untuk dikatagorikan sebagai 'sampah'.
Mengapa 'Sampah'?
Karena plastik hitam lumayan besar itu berisi penuh pakaian bekas dengan kualitas yang relatif seragam. Tidak ada diantara pakaian yang ada itu yang benar-benar masih layak dikenakan oleh siapapun. Warna dari seluruh pakaian itu telah benar-benar kusam 75 %.
Selain itu, sebagian besar dari pakaian itu adalah pakaian seragam sebuah sekolah swasta favorit. Ini sangat jelas terlihat di logo sekolah yang masih menempel diantara pakaian seragam itu. Sungguh mengenaskan. Bahwa hari begini masih ada diantara kita yang mendonasikan pakaian seragam sekolah pura atau putrinya yang sudah tidak dipergunakan lagi sebagai sumbangan?
Siswa dan orangtua, mengumpulkan berbagai hal yang dapat membantu atau meringankan beban mereka itu mlalui sekolah. Ada banyak sekali makanan kering, apakah itu minyak goreng, mie instan, air minum mineral, atau yang lainnya. Juga berbagai jenis pakaian, apakah yang baru atau juga bekas layak pakai. Juga, tentunya, yang paling mudah, adalah uang tunai.
Semua sumbangan yang ada itu dikumpulkan di satu tempat untuk diorganisir, dan secara bergelombang disalurkan ke beberapa tempat yang tertimpa banjir. Semua ada di wilayah DKI Jakarta. Orangtua siswa di unit TK, Siswa dan guru di Unit SD, juga tidak ketiggalan para pengurus OSIS di unit SMP, semua bergerak.
Namun ada satu hal yang menjadikan saya tercenung pada pagi itu. Yaitu sebuah kantong plastik yang lumayan besar, yang saya temukan di sekitar meja sekuriti di sekolah kami. Berisi lumayan banyak pakaian bekas. Dan setelah bertanya kesana-kemari, belum ada jawaban yang memuaskan, maka pagi itu saya mengambil inisiatif untuk membuka plastik hitam penuh itu. Dan alangkah kagetnya saya, di hadapan pramubakti sekolah kami, plastik luayan besar itu ternyata peuh berisi pakaian bekas yang benar-benar bekas. Tidak layak untuk dikatakan sebagai pakaian bekas layak pakai. Saya lebih pas untuk mengatakn bahwa pakaian bekas yang berada dalam plastik lumayan besar itu layak untuk dikatagorikan sebagai 'sampah'.
Mengapa 'Sampah'?
Karena plastik hitam lumayan besar itu berisi penuh pakaian bekas dengan kualitas yang relatif seragam. Tidak ada diantara pakaian yang ada itu yang benar-benar masih layak dikenakan oleh siapapun. Warna dari seluruh pakaian itu telah benar-benar kusam 75 %.
Selain itu, sebagian besar dari pakaian itu adalah pakaian seragam sebuah sekolah swasta favorit. Ini sangat jelas terlihat di logo sekolah yang masih menempel diantara pakaian seragam itu. Sungguh mengenaskan. Bahwa hari begini masih ada diantara kita yang mendonasikan pakaian seragam sekolah pura atau putrinya yang sudah tidak dipergunakan lagi sebagai sumbangan?
Dengan dua kondisi itulah kami mengatagorikan bahwa semua pakaian yang terdapat dalam kantong plastik hitam ukuran lumayan besar itu adalah 'sampah'. Ini juga menjadi pengalaman berharga sekali bagi saya yang guru, bahwa masih ada diantara masyarakat kita yang ingin membuang 'sampah'nya dengan cara melalui donasi bakti sosial (baksos) banjir di sekolah! Memprihatinkan. Semoga ini hanyalah sebuah keteledoran, dan bukan kesengajaan. Semoga.
Jakarta, 28 Januari 2013.
No comments:
Post a Comment