"Cerita yang tadi diceritakan Bapak keren." Kata seorang anak kelas VI di ujung tangga ketika kami bertemu. Tentu ini pujian yang menjadikan saya senang mendengarnya. Tapi juga sekaligus saya takut. Jangan-jangan itu tidak tulus. Tapi saya berpikir positif meski tetap harus waspada dengan pujian dari anak-anak sebagaimana yang baru saja saya terima tersebut.
Peristiwa saya mendapat pujian dari anak itu ketika saya baru saja menyelesaikan kisah saya tentang sebuah perjanjian yang harus dirusak oleh salah satu pihak pada saat pihak yang lain sedang membutuhkan pertolongan atau bahkan support. Ini adalah bentuk ketidakkomitmenan terhadap persahabatan.
Alkisah, pada saat saya bermalam di losmen yang ada di wilayah Jalan Dagen, Yogyakarta di awal Oktober 2014 lalu, ada artikel yang menjelaskan sebuah sejarah dengan cara yang tidak adil. Sejarah yang dibuat dalam bentuk kartun dan terbit di Perancis itu memiliki tendensi jahat.
Maka ketika saya kembali ke sekolah dan bertemu dengan anak-anak, ada kesempatan bagi saya untuk memberikan penjelasan kepada mereka tentang perjalanan sejarah yang sesungguhnya terjadi. Kesempatan itu sendiri saya dapatkan ketika seluruh anak-anak berkumpul dalam acara kegiatan mingguan di sekolah kami.
Apa yang saya sampaikan adalah penjelasan tentang latar belakang dari sebuah peristiwa yang diterbitkan di Perancis tersebut dalam bentuk kartun. Karena artikel itu hanya memberikan sebuah fakta akibat, tanpa menyampaikan penyebab, dan berlanjut kepada membuat kesimpulan. Logika sejarah semacam ini mereka sampaikan kepada kalayak tidak lain untuk menggiring opini publik (baca: pembaca), yang memiliki akal pendek dan gegabah.
Penjelasan itu sendiri yang saya ambil dari pendapat sejarawan yang juga Kiai, yaitu ustad Moenawar Khalil. Dan saya bersyukur kalau ada satu dari anak-anak yang mendengar penjelsan saya itu memberikan pujian kepada saya usai berkisah dihadapan mereka.
Peristiwa saya mendapat pujian dari anak itu ketika saya baru saja menyelesaikan kisah saya tentang sebuah perjanjian yang harus dirusak oleh salah satu pihak pada saat pihak yang lain sedang membutuhkan pertolongan atau bahkan support. Ini adalah bentuk ketidakkomitmenan terhadap persahabatan.
Alkisah, pada saat saya bermalam di losmen yang ada di wilayah Jalan Dagen, Yogyakarta di awal Oktober 2014 lalu, ada artikel yang menjelaskan sebuah sejarah dengan cara yang tidak adil. Sejarah yang dibuat dalam bentuk kartun dan terbit di Perancis itu memiliki tendensi jahat.
Maka ketika saya kembali ke sekolah dan bertemu dengan anak-anak, ada kesempatan bagi saya untuk memberikan penjelasan kepada mereka tentang perjalanan sejarah yang sesungguhnya terjadi. Kesempatan itu sendiri saya dapatkan ketika seluruh anak-anak berkumpul dalam acara kegiatan mingguan di sekolah kami.
Apa yang saya sampaikan adalah penjelasan tentang latar belakang dari sebuah peristiwa yang diterbitkan di Perancis tersebut dalam bentuk kartun. Karena artikel itu hanya memberikan sebuah fakta akibat, tanpa menyampaikan penyebab, dan berlanjut kepada membuat kesimpulan. Logika sejarah semacam ini mereka sampaikan kepada kalayak tidak lain untuk menggiring opini publik (baca: pembaca), yang memiliki akal pendek dan gegabah.
Penjelasan itu sendiri yang saya ambil dari pendapat sejarawan yang juga Kiai, yaitu ustad Moenawar Khalil. Dan saya bersyukur kalau ada satu dari anak-anak yang mendengar penjelsan saya itu memberikan pujian kepada saya usai berkisah dihadapan mereka.
Jakarta, 1 Nopember 2014.
No comments:
Post a Comment