Alhamdulillah, bahwa kegemaran mengoleksi peta mudik pada setiap tahunnya, dan saya selalu simpan ditumpukan buku yag ada di ruangan kerja saya, bermanfaat ketika saya harus mesuk kelas untuk mengisi jam kosong di kelas. Seperti berada dalam ruangan terkunci yang tiba-tiba ada jendela dan intu yang terbuka untuk mejadi akses keluar. Begitulah lebih kurangnya keberadaan peta mudik tersebut pada saat saya harus masuk kelas untuk mengajar.
Peta yang selalu saya minta dari toko buku yang saya kunjungi setiap pekan terakhir bulan Ramadhan. Karena waktu itu adalah saat yang tepat saya memperoleh peta-peta mudik secara gratis dan lebih dari dua atau bahkan lima eksemplar.
"Apakah boleh saya mengambil dan membawa pulang peta-peta ini lebih dari lima?" Begitu biasanya saya bertanya kepada penjaga titipan barang, tempat dimana peta-peta mudik itu dibagikan secara gratis.
"Bisa Bapak. Silahkan diambil. Kami mempunya stok yang banyak. Dan ini memang untuk didistribusikan kepada pengunjung. " Begitu penjaga akan menyahut pertanyaan saya. Dan biasanya pula ia akan membangun keakraban dengan bertanya balik kepada saya; "Mau mudik kemana Pak tahun ini?"
Pendek kata, peta-peta yang saya ambil di toko buku itu, saya masih bagi-bagikan keada teman-teman sekantor yang ingin melakukan perjalanan mudik, atau yag ingin memiliki saja. Dan sisanya? Menjadi tambahan koleksi saya.
Dan pada saat mengisi jam pelajaran yang kosong di kelas, peta-peta tersebut sebagai alat pembelajaran saya. Seperti ketika saya hrus mengajar di kelas 7 beberapa waktu lalu. Dimana materi yang harus saya sampaikan antara lain adalah distribusi. Maka anak-anak secara berpesangan saya berikan peta mudik tersebut.
Kepada anak-anak putra, saya memberi mereka tugas untuk mengirimkan barang dari kota Surabaya ke kota Sukabumi dengan mengendari kentaraan truk. Demikian juga kepada anak-anak putri, mereka harus mengirim barang yang ada di Jakarta menuju kota Malang. Dengan panduan peta mudik itu, anak-anak diminta menuliskan nama kota/kabupaten yang dilaluinya. Dan karena mereka harus mengendari alat angkutan truk, maka hanya jalan utama saja yang dapat menjadi rute perjalanan.
Itulah paling tidak makna peta mudik yang saya peroleh ketika ada jam kosong di sekolah. Dengan kenyataan itu, saya berpikir untuk mengoleksi lebih banyak lagi peta mudik di Ramadhan-Ramadhan mendatang. Pasti!
Jakarta, 11 Nopember 2014.
No comments:
Post a Comment