Untuk alasan efisien atau kehematan dan efektif atau tepat guna, saya sering harus menuliskan catatan dalam proposal permohonan yang diajukan sekolah. Bahkan untuk tujuan agar apa yang saya tuliskan tersebut tidak menjadi salah pengertian dari sekolah, saya pun berbicara langsung dengan Kepala Sekolah. Memang hanya pada permohonan tertentu saja hal tersebut saya lakukan. Utamanya adalah karena pertimbangan efisien dan efektif itu.
Misalnya apa yang pernah saya sampaikan ketika mendapat permohonan pembelian tivi untuk kelas beberapa tahun lalu. Saya sempat tidak menyetujui proposal permohonan waktu itu. Namun karena permohonan dari pihak sekolah yang mempertimbangkan pentingnya pengadaan barang tersebut, maka argumentasi efektif dan efisien dari saya tidak menjadi masukan yang penting.
Padahal tivi pada waktu itu dapat digantikan fungsinya dengan lcd kalau untuk menonton tayangan film.
Demikian pula dengan permohonan untuk pengadaan tenda perkemahan. Bagaimana tenda tersebut penting buat sekolah yang satu tahun pelajarannya hanya melakukannya satu kali. Selain juga sudah kita ketahui bersama bahwa hampir semua lokasi camping di wilayah Bogor selain lahan atau lokasi untuk berkemahnya juga sekaligus menyediakan tenda kemah untuk siapa terpasang?
Itulah yang menjadi alasan utama mengapa saya menyampaikan pertimbangan efektif dan efisien. Namun begitulah yang terjadi. Saya menjadi Mr. Pelit. Dan tenda itu akhirnya dibeli juga.
Benar prediksi saya. Untuk kali pertama pemakaian, tenda-tenda itu menjadi solusi. Namun begitu usai perkemahan tahun pertama, tenda itu sudah mulai menjadi beban. Antara lain adalah masalah pencucian dan penjemuran. Juga masalah penyimpanannya.
Begitulah realita yang terjadi ketika pemahaman akan pentingnya konsep efektif dan efisien belum menjadi budaya pada tataran operasional.
Pengalengan, 18.11.2014.
No comments:
Post a Comment