Kalau ada diantara pembaca yang bertanya dalam diri tentang catatan dan kisah saya berkenaan dengan jam kosong di sekolah, misalnya apakah setiap hari selalu ada guru yang tidak mengajar atau tidak masuk sekolah, sehingga harus meninggalkan tanggungjawabnya di kelas sehingga mengaharuskan adanya jam kosong? Maka jawaban saya adalah tidak selalu benar. Ini karena ada beberapa penyebab mengapa jam pelajaran di kelas kosong selain karena disebabkan guru tidak ke kelas.
Karena tidak semua guru yang tidak mengajar di kelas yang menjadi tanggungjawabnya itu dengan alasan izin atau sakit. Ada diantara mereka yang harus ikut dalam seminar pemantapan Kurikulum 2013. Ada juga yang harus menyertai anak-anak ketika mereka harus belajar diluar sekolah seperti execursion atau menjadi Duta Budaya. Bahkan ada juga guru terpaksa tidak berada di sekolah karena harus pemberkasan administrasi untuk pencairan dana sertifikasi guru atau juga guru bantu. Atau bahkan ada guru yang karena sesuatu, sehingga saya datang ke kelas terlebih dahulu sebelum dia dan anak-anak didiknya. Misalnya ketika anak-anak selesai menunaikan ikrar pagi, maka ketika anak-anak itu kembali ke kelas, di dalamnya sudah ada saya yang menunggu. Sehingga ketika guru sampai di kelas itu, saya menyampaikan permohonan untuk bisa ikut serta 'memberikan' sesuatu kepada anak-anak.
Jam kosong itu sering juga saya dapatkan ketika saya sedang berputar di lorong sekolah dengan 29 kelas, dan menemukan guru yang belum siap benar mengajar meski sudah berada di dalam kelas, maka pada saat itu pula saya akan meminta jam guru yang bersangkutan untuk menyampaikan kepada anak-anak. Itulah jam kosong dalam makna saya, yang selalu saya dapat selain memang ada guru yang tidak bisa masuk ke dalam kelasnya. Dan atas usaha untuk dapat masuk kelas sebagaimana yang saya ikhtiarkan itu, saya menyebut diri sebagai pemburu jam kosong yang pekerjaannya adalah berburu.
Jakarta, 1 Nopember 2014
No comments:
Post a Comment