Pagi itu, ketika saya harus melihat persiapan kegiatan untuk acara persiapan Ujian Nasional di SD,saya bertemu dengan tiga anak yang kebetulan akan menjadi bagian terpenting dalam gelar kegiatan tersebut. Mereka bertiga merupakan anak-anak yang di pagi sekali itu, jam masih pukul 06.55, sedang mecoba 'panggung' yang akan menjadi tempat mereka melakukan pembukaan.
Satu dari tiga siswa saya itu, adalah anak didik yang sebelumnya menjadi bahan catatan, yang berkenaan dengan sarung yang tertinggal di rumah. Dan karenanya ia datang, waktu itu, kepada saya untuk meminjam. Karena saya tidak membawa atau tidak ada sarung di sekolah, maka meneteslah air mata karena sedihnya.
Maka ketika bertemu kembali pada pagi itu, saya langsung menyampaikan apa yang saya dapat tentang supirnya, yang dia nyatakan pada saat itu sebagai supir yang tidak dapat dipercaya, hanya karena menurunkan sarung yang kebetulan terbawa pulang. Dan karena sarung diturunkan dari mobil, maka keesokan harinya lupa untuk membawa kembali ke sekolah. Sehingga ketika ia akan menunaikan shalat berjamaah, ia harus datang ke ruanga saya untuk meminjam sarung.
"Pak Syam, mengapa sarung ananda Gi kemarin diturunkan dari mobil? Gi akhirnya harus ke ruangan saya untuk meminjam sarung dan bahkan hingga menangis." Tanya saya di tempat parkir sekolah ketika bertemu dengan Pak Syam, supir dari ananda Gi di waktu jam sekolah berakhir.
"Begini Pak, sarung itu sudah lama sekali ngak pernah di bawa pulang. Jadi ketika ada di mobil, sarung itu sudah bau ngak enak. Jadi saya minta mbak untuk mencucinya." Begitu Pak Syam memberikan penjelasan.
"Tapi akhirnya Gi kelabakan keesokan harinya karena tidak membawa sarung." Kata saya lagi. Saya juga sampaikan bagaimana Gi mengatakan bahwa Pak Syam tidak dapat dipercaya. Pak Syam tentu saja tertawa.
"Jadi seperti itulah mengapa Pak Syam harus menurunkan sarungmu yang sudah bau itu." Kata saya kepada Gi di pagi itu. "Jadi jangan salahkan dia Gi. Berarti sarung itu memang sudah tidak layak untuk shalat sampai hilang baunya." Kata saya selanjutnya.
"Mungkin ya Pak. Tapi Buanya Enak Pak." Jelas Gi. Jawaban itu membuat kami, saya dan kedua teman Gi tertawa. Saya sendiri menjadi tercenung dan membantin; anak orang punya ini masih belum belajar dan bisa membedakan bau enak dan tidak enak...
Jakarta, 15 Maret 2013.
No comments:
Post a Comment