Tidak seperti kelompok yang lain, kelompok yang mengetuk pintu dan mengemukakan tujuannya kepada siang itu, saya nilai sebagai kelompok yang luar biasa bagus. Betapa tidak, jika kelompok-kelompok yang lain langsung mengurungkan niat untuk mengambil gambar di ruang-ruang tertentu, maka kelompok itu justru sebaliknya. Kelompok yang terdiri dari lima anak kelas lima sekolah dasar itu justru datang ke ruang saya dan menyampaikan niatnya untuk menggunakan ruangan saya dan ruang Yayasan sebagai lokasi pengambilan gambar mereka.
Gambar tentang Apa?
Rupanya masih berkait dengan beberapa pekan lalu, bahwa anak-anak tersebut sedang mendramakan episode menjelang kemerdekaan Republik Indonesia. Yaitu episode penculikan tokoh nasional Soekarno, untuk kemudian dibawa ke Rangasdengklok, kemudian ke rumah Laksamana Maeda, dan episode pembacaan Proklamasi kemerdekaan RI.
Inilah salah satu episode ketika Soekarno berada di Rangasdengklok. |
Ketika berada di ruangan saya, apalagi ketika di ruangan Ketua Yayasan, maka sepanjang pengambilan gambar vedio tersebut kegiatan saya hanyalah menyaksikan bagaimana mereka, anak-anak itu, 'menghidupkan' sebuah lakon sejarah yang dijalani para pendiri bangsa ini. Beberapa kali pengambilan gambar itu harus diulang. Itu karena posisi kamera yang adalah tablet, juga karena ketika anak-anak yang menjadi pemeran juga itu keliru ketika berdialog.
Namun dari apa yang anak-anak itu lakukan sepanjang siang itu di ruangan saya atau juga di ruangan Ketua Yayasan dalam mendramakan lakon Soekarno di Rangasdengklok dan di rumah Laksamana Maeda, saya belajar tentang bagaimana anak-anak itu memerankan peran para pendiri sejarah, yang dia dapatkan dari uraian buku atau guru dengan kesungguhan. Dan itu terlihat sekali manakala pengambilan gambar harus diulang untuk menemukan momentum yang sempurna.
Jakarta, 28 Maret 213.
No comments:
Post a Comment