Beberapa waktu yang lalu, ketika anak saya harus mengikuti kegiatan Kuliah Kerja Nyata atau KKN dari kampusnya di Yogyakarta, banyak hal dikemukakannya kepada kami orangtuanya yang tinggal di Jakarta. Misalnya; dia ingin sekali KKN nanti ditempatkan di sebuah daerah wisata seperti Provinsi Bangka Belitung. Atau ingin sekali di NTT. Dan seterusnya.
Lokasi KKN yang dinanti-nanti, ternyata tetanggaan dengan domisili Mbahnya. |
Intinya, dalam setiap percakapan dengan kami, anak saya itu memimpikan KKN sembari berwisata. Tapi saya sendiri bersama istri tidak mengiyakan atau menidakkan. Bukankah lokasi KKN menjadi kewenangan kampusnya? Jadi ya tunggu saja. Namun demikian beberapa kali saya mengemukakan keuntungan anak saya itu ikut program KKN dan bukan program magang sebagaimana kampus-kampus lainnya.
Karena KKN akan memberikan warna berbeda kepada kehidupan anak saya selanjutnya. Dan mudah-mudahan keberbedaan yang berhasil dia serap itu nantinya adalah warna yang positif. Mengingat lkasi KKN akan dipilih di lokasi yang memang layak untuk kegiatan KKN. Layak disini, pastinya juga menurut ukuran kampusnya. Tapi setidaknya, layak untuk menjadi kenangan.
Ini karena anak saya adalah anak yang lahir dan besar dalam kondisi rumah dan daerahnya yang terang benderang oleh listrik. Juga tempat menyimpan makanan agar tetap dingin, atau juga dengan kondisi air dan wc yang relatif bersih. Juga lokasi yang mudah untuk menemukan makanan segala rupa karena lokasi rumah begitu dekat dengan mal atau rumah makan atau bahkan pasar. Sedang di lokasi KKN?
Untuk itulah saya mengusulkan agar salah satu program kegiatan yag akan menjadi pilihannya ketika pelaksanaan KKN adalah membuat wc yang higenis di dalam rumah. Supaya para Bapak dan Ibu mulai belajar dan bermigrasi dari kebiasaan membuang hajat di jumbleng ke wc, bila lokasinya masih memungkinkan untuk menjalankan program itu. Atau kursus singkat untuk persiapan UN dan masuk perguruan tinggi bagi anak-anak muda desa di lokasi KKN, atau yang lain.
Tapi, seperti juga anak-anak muda biasanya, anak saya masih belum mau memikirkan itu semua. Dikatakannya bahwa sulit merubah budaya jumbleng ke wc, dan seterusnya. Walaupun beberapa waktu sebelum KKN dia jalani, dia memberikan gambaran tentang lokasi KKNnya yang ternyata di Kabupaten Kulon Progo yang ternyata juga bertetangga dengan rumah Mbahnya di Purworejo, tentang program yang cocok...
Karena KKN akan memberikan warna berbeda kepada kehidupan anak saya selanjutnya. Dan mudah-mudahan keberbedaan yang berhasil dia serap itu nantinya adalah warna yang positif. Mengingat lkasi KKN akan dipilih di lokasi yang memang layak untuk kegiatan KKN. Layak disini, pastinya juga menurut ukuran kampusnya. Tapi setidaknya, layak untuk menjadi kenangan.
Ini karena anak saya adalah anak yang lahir dan besar dalam kondisi rumah dan daerahnya yang terang benderang oleh listrik. Juga tempat menyimpan makanan agar tetap dingin, atau juga dengan kondisi air dan wc yang relatif bersih. Juga lokasi yang mudah untuk menemukan makanan segala rupa karena lokasi rumah begitu dekat dengan mal atau rumah makan atau bahkan pasar. Sedang di lokasi KKN?
Untuk itulah saya mengusulkan agar salah satu program kegiatan yag akan menjadi pilihannya ketika pelaksanaan KKN adalah membuat wc yang higenis di dalam rumah. Supaya para Bapak dan Ibu mulai belajar dan bermigrasi dari kebiasaan membuang hajat di jumbleng ke wc, bila lokasinya masih memungkinkan untuk menjalankan program itu. Atau kursus singkat untuk persiapan UN dan masuk perguruan tinggi bagi anak-anak muda desa di lokasi KKN, atau yang lain.
Tapi, seperti juga anak-anak muda biasanya, anak saya masih belum mau memikirkan itu semua. Dikatakannya bahwa sulit merubah budaya jumbleng ke wc, dan seterusnya. Walaupun beberapa waktu sebelum KKN dia jalani, dia memberikan gambaran tentang lokasi KKNnya yang ternyata di Kabupaten Kulon Progo yang ternyata juga bertetangga dengan rumah Mbahnya di Purworejo, tentang program yang cocok...
Jakarta, 11 Maret 2013.
No comments:
Post a Comment