Dalam setiap tahun pelajarannya, saya mengajak teman-teman yang berada dalam lingkup pengelola sekolah untuk melaksanakan kegiatan bertemu dengan para guru untuk berdiskusi, curah gagasan, cuhat, sharing, atau bahkan kritikan. Tentunya tentang sekolah dan operasionalnya. Bahkan tidak jarang teman-teman itu menyampaikan masukan kepada kami para pengelolanya. Dan memang, saya menampilkan terlebih dahulu tentang tata krama diskusi yang antara lain adalah bebas. Bebas dalam tataran ide dan masukan dengan terlepas dari ketersinggungan diantara kami. Walau tentunya kami harus menyampaikannya dengan bahasa yang tetap santun.
Lalu siapa saja guru yang kami undang untuk datang ke ruangan kami sebagai peserta diskusi panel tersebut? Semua gurukah? Apa kriteria mereka dapat menjadi wakil dari para guru jika tidak semua guru dapat berdiskusi panel bersama kami? Tidak lain adalah rekoendasi teman-teman yang ada.
Jadi, saya akan menyampaikan kepada kepala sekolah untuk membagikan kertas dalam rapat rutin mereka. Dengan kertas tersebut, semua guru harus menuliskan teman yang sekiranya mampu membawa aspirasinya untuk terlibat dalam diskusi panel yang kami tawarkan. Nah, guru yang memperoleh suara terbanyak, yaitu guru yang dipilih temannya melalui kertas tersebut, hingga guru yang menjadi ranking 8, itulah guru yang menjadi peserta diskusi panel kami.
Maka jadilah mereka itu sebagai peserta diskusi dengan kami karena amanat dari teman-temannya yang memilihnya untuk menjadi peserta.
Hasilnya?
Dan alhamdulillah, sejak saya melakukan kegiatan ini, meski tidak setiap tahunnya dilaksanakan, saya dan teman-teman merasa terbantu sekali dalam melihat sekolah dan pelaksanaan kegiatannya sepanjang masa yang lalu, masukan-masukan untuk pertumbuhan kami yang lebih akseleratif, dan menuntaskan mimpi yang harus dilaksanakan di masa depan.
Dalam diskusi itu, kami juga memperoleh pengalaman batin untuk memetakan kompetensi teman-teman peserta diskusi dalam hal cara pandang mereka dalam melihat perkembangan sekolah di masa mendatang, empati dan kedewasaan dalam mengemukakan pendapat, strategis dalam pemilihan kata ketika harus menyampaikan masukan dan kritikan, serta kepemimpinan.
Dan dari hasil-hasil diskusi panel yang kami lakukan itu, saya pribadi selalu menemukan kembali semangat untuk memikul pembaharuan yang ada di sekolah di masa mendatang. Itulah sekelumit pengalaman saya dalam mendapatkan darah baru dalam melihat masa depan yang lebih kompetitif. Sebuah pengalaman batin yang sungguh menggairahkan pikiran.
Jakarta, 21 Oktober 2013.
No comments:
Post a Comment