Pada suatu hari, saya masuk ke sebuah kelas dan bertemu dengan semua siswa yang ada di dalam kelas itu. Seperti kalau pertemuan saya dengan anak-anak, maka pertemuan itupun saya masuk dan berdialog dengan siswa tidak ada kertas kerja atau rencana mengajar. Saya masuk kelas biasanya akan mengajak anak-anak didik kami melihat fakta lapangan dengan kaca mata yang berbeda. Kacamata analitik.
Demikian juga pada pagi itu di kelas 3 SD. Dimana saya memulai dialog saya dengan anak-anak itu dengan mengajukan pertanyaan;
"Siapa dari kalian yang pernah menginjakkan kakinya ke Negeri X?" tanya saya ketika anak-anak itu benar-benar telah fokus dan semua mata melihat raut muka saya yang ada di depan mereka. Dan entah karena supaya teman yang lain tahu kalau mereka pernah mengunjungi negeri itu, tetapi yang pasti, mereka serempak mengangkat tangannya dan berkata "Saya pernah Pak."
Saya mengapresiasi apa yang sudah mereka lakukan itu dan mengajaknya untuk mendeskripsikan tentang apa saja yang dia lihat di negeri itu dan mencoba mengajaknya berpikir tentang negeri kita. Apa kira-kira orang dari negeri itu yang dapat dilihatnya dari negeri kita. Apakah ada yang bagus di negeri kita yang layak mereka lihat?
Kemudian saya juga mengajukan pertanyaan lain lagi kepada anak-anak yang memang berasal dari kalangan menengah atas tersebut.
"Ada dari kalian yang pernah melihat dan mengunjungi Pulau Samosir?" kata saya berikutnya. Tidak sekompak dan seraai pertanyaan saya yang pertama tadi. Untuk pertanyaan saya yang kedua ini, hanya ada lima dari 25 siswa di kelas itu yang mengangkat tangan. Sayapun kembali mengapresiasi kelima anak itu dengan mengajaknya bercerita tentang apa yang dilihatnya secara bergilir.
Lalu saya bukakan peta daerah dimana lokasi Pulau Samosir itu berada. Juga tentang rute perjalanan untuk mencapainya kalau kita berangkat dari Jakarta. Tentunya menjadi hal baru bagi anak-anak itu untuk mengenal nama-nama kota atau daerah yang baru saya sebutkan. Seperti Berastagi, Gunung Sinabung, Kopi Ateng, Sipisopiso, Parapat, Sigale-gale, Pematang Siantar dan becaknya, Juga Istana Maimun di kota Medan.
Meski begitu, saya sertakan pula foto-foto yang tersedia di komputer mengenai hal-hal itu. Juga dibantu oleh kelima anak didik kami yang pernah berkunjung ke daerah tersebut tadi. Ibu guru tampaknya merasa terprovokasi tentang apa yang saya sampaikan secara singkat tersebut.
Dan memang, satu usaha saya kepada anak-anak yang lebih kenal Negeri X tersebut daripada Pulau Samosir. Tapi, saya yakin bahwa apa yang saya sampaikan itu adalah bentuk memotivasi anak-anak untuk memilih daerahnya sebagai tujuan eksplorasi pada masa liburan depan.
"Tapi memang mudah perjalanan dan enak akomodasinya kalau kita pergi ke Negeri X itu dari pada ke Pulau Samosir Pak." begitu Ibu guru yang ada di kelas berbisik kepada saya ketika mengantar saya keluar kelasnya. Tapi tidak kalah optimisnya saya menimpali pernyataan Ibu Guru tersebut dengan harapan bahwa ketika anak-anak didik kami itu dewasa, maka ia akan mewujudkan bagaimana mudah, enak, dan kenangan yang indah saat berkunjung ke Samosir dari pada ke negeri X tersebut. Tentunya di masa dimana anak-anak itu yang menjadi pemimpin negeri tercinta ini! Semoga.
Jakarta, 2 Oktober 2013.
No comments:
Post a Comment