Kabar tentang seorang anak usia 13 tahun mengendarai kendaraan bermotor, yang kemudian mengalami kecelakaan di jalan Tol Jagorawi pada Minggu, 7 September 2013 dini hari kemarin menjadi liputan berita yang luas. Baik di media cetak, on line, dan media layar kaca. Liputan yang luas itu tidak saja karena salah satu pengemudinya masih anak di bawah umur, juga karena kecelakaan itu menelan korban yang tidak sedikit. Baik korban meninggal dunia dan korban luka. Kita semua berharap semoga peristiwa itu segera dapat selesai dengan kesabaran, ketabahan, kelapangan hati, kesembuhan, dan tentunya menjadi hikmah bagi kita semua.
Dalam catatan saya ini, saya akan menyampaikan berenaan dengan anak-anak yang masih belum genap berusia 17 tahun, atau sudah memiliki SIM telah mengemudikan kendaraan bermotor, baik roda dua atau roda empat. Diantaranya adalah mengendari kendaraan bermotor itu untuk ke sekolah. Ini juga menjadi pelangalaman saya di sekolah. Dan itu tidak hanya sekali atau dua kali kejadian menemukan anak didik kami yang masih duduk di bangku SMP itu mengendari kendaraan bermotor. Namun selalu berulang-ulang di setiap tahun pelajarannya, dengan anak didik yang berbeda-beda.
Motor
Beberapa waktu yang lalu, misalnya, saya harus menegur seorang anak yang masih duduk di bangku kelas 8 SMP, yang datang ke sekolah dengan mengendari sepeda motor. Ini penangkapan basah yang kebetulan. Karena saat pagi hari itu, dimana saya kebetulan sedang berada di halaman depan sekolah. Persis di pintu keluar sekolah, dimana ada pengemudi sepeda motor yang hendak memarkirkan sepeda motornya di depan kantin luar sekolah. Sebuah lokasi parkir mobil, seharusnya.
Karena ada yang aneh, maka saya menunggu siapa gerangan pengendara sepeda motor yang mengenakan helm full face itu. Terlalu sulit bagi saya unuk mengenali siapa gerangan orang tersebut ketika hanya garis mata dan mulut yang tampak terbuka pada saat kaca helm dibuka. Dan betapa kagetnya ketika pengendara itu telah melepas helmnya di depan saya.
"Sejak kapan kamu datang ke sekolah dengan bermotor?" tanya saya ketika saya mengenali anak didik saya yang menjadi pengendara motor tersebut.
"Baru kali ini Pak. Karena di rumah tidak ada supir Pak. Supirku belum datang. Jadi dari pada saya ke sekolah datang terlambat, maka saya naik motor saja. Orangtua saya dua-duanya tahu kalau saya naik motor Pak." Jelasnya.
Saya tidak lama terlibat percakapan dengan anak itu. Karena meski bermotor, anak itu tergolong santun. Karena ketika saya memintanya untuk parkir motor di tempat yang tersedia dan memintanya untuk menyerakan kunci motor kepada saya sebelum masuk ke dalam kelas, anak itu melakukannya sesuai dengan apa yang sudah kami tentukan.
Mobil
Demikian juga halnya ketika saya menemukan mobil yang terparkir di halaman sekolah dengan nomor tanda kendaraan bermotornya menunjukkan inisial salah satu anak didik kami. Mobil warna putih itu tampak masih baru. Maka untuk mengetahui siapa pemiliknya, saya mencoba membuka rekaman CCTV yang mengarah dimana mobil baru itu diparkir.
"Sudah berapa kali kamu mengendarai mobil ke sekolah?" tanya saya ketika kami menemukan siapa anak yang turun dari mobil tersebut.
"Baru sekali Pak." jawab anak itu kepada saya yang ditemani oleh seorang gurunya.
"Apakah kamu sudah berhak untuk mengemudikan mobil?" saya melanjutkan pertanyaan.
"Belum Pak. Tapi itu mobil saya sendiri Pak. Bukan mobil orangtua saya. Dan lagian, orangtua saya mengizinkan kalau saya membawa mobil ke sekolah." jelasnya seolah dengan kalimatnya itu ia sah untuk membela diri.
"Tidak ada yang membolehkan kalian semua untuk mengendarai kendaraan bermotor ke sekolah. Jika ada diantara kalian yang mengendarai motor atau mobil atas sepengatahuan dan izin orangtua kalian di rumah sekalipun, sekolah tetap melarang kalian datang dan pulang ke sekolah dengan mengendari motor atau mobil sendiri. Dan untuk kalian yang hari ini membawa motor dan mobil, kunci saya berikan ke Kepala Sekolah agar orangtua kalian yang mengambil kunci tersebut." Kata saya di ruang serba guna kepada seluruh siswa SMP dan tentunya guru.
Jakarta, 9 September 2013
No comments:
Post a Comment