Pagi itu, seitar pukul 10.00, datang ke ruangan saya seorang guru yang memberikan laporan sekalgus juga keluhan. Laporannya berkenaan dengan kehilangan tangga lipat yang disimpannya di dalam ruangan sesudah libur panjang akhir tahun lalu.
"Tangga yang saya punya itu kualitas yang bagus Pak. Bukan seperti tangga-tangga aluminium sebagaimana yang banyak kita punya. Tangga saya saya beli di A**. Terbuat dari stainless steel. Jadi kekar." katanya dengan nada yang pasti kecewa berat.
"Tukang dan orang bagian sipil sering saya lihat menggunakan tangga saya." Begitu laporannya kepada saya. Agar tidak membuang waktu, saya ajak Ibu Guru itu mendatangi pos bagian sipil di sekolah. Kebetulan orang yang ingin ditemua berada di tempat. Maka si pelapor dengan laporannya itu segera saya pertemukan dengan bagian sipil tersebut. Mereka saing tanya jawab berkenaan keberadaan tangga lipat yang entah dimana lagi.
Dalam pertemuan kami bertiga itu, keluarlah lagi keluhan ibu guru tersebut tentang seringgnya orang-orang bagian sipil menggunakan tangga lipatnya itu. Ibu guru mengingatkan untuk kedepan agar orang-orang bagian sipil yang ketika akan mengecat, membetulkan langit-langit kelas untuk tidak lagi menggunakan tangga lipatnya.
"Itu kalau tangga lipat Ibu dapat kita ketemukan?" kata saya untuk meminta kepastian persepsi.
" Bukan Pak. Saya dan teman akan membeli kembali properti kami yang telah hilang dan tidak kembali. Tapi entahlah." Jawabnya seperti nada pasrah menggelembung.
Jakarta, 18 September 2013.
No comments:
Post a Comment