Ini kejadian pagi hari tadi. Ketika kami para guru sedang sibuk mengantri untuk finger print secara bergantian, tiba-tiba ada anak didik kami yang ikut serta berada di dalam antrian. Kami tentu tidak menyadari akan keberadaannya itu. Oleh karenanya, kami hanya bertegur sapa satu sama lainnya. Namun ketika kami semua telah mendapatkan giliran, maka anak didik kami yang pintar itu maju mendekatkan salah satu jarinya ke mesin finger print.
Sembar kaget dan ingin tahu, salah seorang dari kami membuntuti seraya ingin tahu apa reaksi mesin absen itu ketika 'menerima' jari siswa kami. Bukankah semua jari kami terlebih dahulu di 'kenali' mesin absensi itu sebelum upacara datang dan pulang kantor ini diberlakukan? Oleh karena itu, maka teman kami yang berada di belakang anak didik kami itu yakin bahwa lampu merah yang akan muncul ketika jarinya menempel di mesin absensi. Pasti. Batinnya.
Namun apa yang menjadi keyakinannya meleset. Karena begitu jari siswa kami itu menempel ke mesin, justru warna hijau sebagai tanda bahwa jari anak itu telah dikenalinya. Dan step berikutnya adalah munculnya nama anak tersebut di layar mesin. Kok bisa anak yang masih duduk di bangku kelas lima sekolah dasar mampu mengutak-atik mesin absensi?
Praktek Kepintaran
Karena herannya dan kagumnya sebagian dari kami yang masih berada di dekat lokasi mesin absen tersebut, maka kami sepakat untuk meminta anak tersebut memperagakan tentang bagaimana mengoperasionalkan atau mempraktekkan mesin ketika merekam data baru.
Dan semakin kagum pula kami dibuatnya. Karena tanpa harus mengulang-ulang langkah yang harus dilakuakan, anak itu memencet-mencet simbul sebagai cara untuk merekam jari seseorang bila ia sebagai orang baru. Luar biasa sekali bukan? Itulah pertunjukan kepintarannya. Kami, diantaranya adalah guru yang gemar mengutak-atik komputer, terperaggah.
"Berapa lama anak itu menjadikan mesin absensi kita sebagai sumber belajar?" kata teman saya mengomentari betapa hebatnya anak kecil itu. Tentunya tidak ada jawaban dari kami semua selain tersenyum karena kagum.
Jakarta, 17 September 2013.
No comments:
Post a Comment