Ketika seorang teman memberikan konsep bahwa orang yang kaya adalah mereka yang memiliki semua yang dibutuhkan dalam kehidupan ini, saya mencoba meraba apa yang ada di kepala saya sendiri. Setuju. Bahwa kaya memberikan makna tentang kepemilikan apa yang ada pada dirinya. Kepemilikannya lebih dari sekedar konsep terpenuhinya sandang, pangan, papan.
Lalu bagaimana dengan, misalnya, seperti yang pernah kita lihat di tivi atau baca di koran dengan gambar-gambar puluhan mobil mewah yang ada di garasi? Pasti itu juga adalah bentuk atau profil bagaimana kaya itu dalam realitas. Juga misalnya kisah teman yang mampu berada di negeri orang untuk belajar dengan fasilitas rumah tingga atau aparteman pribadi. Itu juga adalah bentuk orang yang mampu. Itu semua adalah bentuk nyatanya, walau apa sesungguhnya definisi kaya tersebut, mohon maaf bahwa saya sendiri tidak berusaha menemukan dari KBBI atau googling.
Namun sore itu, setelah obrolan dengan teman tentang kepemilikan harta dan benda dunia, saya benar-benar tersadar akan makna dari kata kaya itu secara esensi. Jika memungkinkan, saya mencoba melihatnya dari kaca mata yang berbeda. Mengapa kaca mata yang saya gunakan berbeda? Karena berbasis kepada apa yang saya tangkap dari beberapa seliwiran pendapat dan informasi yang selama ini saya dapatkan.
Salah satu orangtua siswa, kepada saya menyatakan untuk memberikan bantuan kepada kegiatan bagi anak-anak yang akan berangkat ke suatu daerah guna melaksanakan trip kekeluargaan. Semua ia berikan. Bahkan, untuk memberikan kepastian akan kelancaran dari kegiatan tersebut, orang yang dihormatinya dalam trah keluarga tersebut rela datang lebih dahulu ke lokasi yang ada di luar Jakarta tersebut. Ia menunggui kedatangan anak-anak tersebut, menemaninya ketika telah sampai lokasi yang dituju, dan memberikan kenangan dalam bentuk sebuah pesta yang tidak saja bagi anak-anak yang menjadi tamu, tetapi juga seluruh komunitas dan keluarga besar yang ada di lokasi itu.
Sementara teman, yang belakangan memiliki omset t, dan memang belum begitu kaya mengingat ia belum menjadi bagian dari daftar orang terkaya versi majalah Frobes, tetapi begitu memudahkan apa saja yang ada disekelilingnya. Ini karena usahanya mendirikan sebuah kegiatan ekonomi sukses dan lancar. Mengalir. Namun dari perilakuknya ketika memperlakukan orang lain, saya cenderung memasukkannya ke golongan yang bukan kaya.
Lalu, bagaimana pula dengan kenalan saya yang lain lagi? Dimana dalam usia yang tidak terlalu jauh berpaut dengan saya, begitu mudah juga mengalirkan sebagian apa yang dimilikinya kepada yang memang membutuhkannya. Baik membutuhkannya untuk kemudian dikonsumsi, atau diinvestasikan dalam bentuk biaya pendidikan atau properti, tanpa terlebih dahulu meminta syarat atau bahkan akad.
Jadi, apakah kaya? Tanpa melihatnya secara deskriptif, tampaknya saya memilihnya sebagai mereka yang memiliki antara lain perilaku yang mencerminkan bahwa ia tidak merasa, mengaku, mempertontonkan, bahwa ia memiliki dan menggunakannya. Dan itu semua atas kesadarannya sepenuhnya dengan penuh keyakinan diri yang melekat pada dirinya. Tidak membutuhkan asesoris apapun agar orang lain memasukkannya sebagai bagian kalangan itu. Mereka itu, mudah mendistribusikan apa yang dipunya kepada lingkungan sekitar yang sepantasnya ikut serta menikmati.
Atau, apakah dapat dikatakan kaya bila untuk sebuah pengorbanan masih berpikir bagaiaman anaknya, masa depannya, persiapan ke depannya? Dan saya mencita-citakan menjadi bagian dari orang seperti itu. Atau mungkin Anda sendiri yang sekarang terlebih dahulu berada di bagian itu? Motivasi dan inspirasilah saya!
Jakarta, 8 Desember 2013.