Demikianlah pertanyaan seorang siswi saya disaat bertemu pada pagi hari di pintu gerbang sekolah. Ia adalah siswi kelas 7 di bangku SMP kami. Ia merupakan anak kedua dari keluarganya, dimana kakaknya dalah siswa kami juga yang duduk di kelas 9.
Tentu itu bukan pertanyaan istimewa yang disampaikan oleh seorang siswa kepada gurunya. Tetapi dengan latar belakang yang saya lakukan sebelumnya, saya melihat pertanyaan itu sebuah pertanyaan kepenasarannya sebagai seorang siswi yang ig\ngin tahunya banyak. Itu adalah pertanyaan untuk anak-anak didik yang berada di atas rata-rata.
"Buku Apa yang Bapak Baca?"
Memang menjadi bagian dari tugas, ketika saya berada di dalam kegiatan yang anak-anak lakukan. Seperti juga kegiatan rutin mereka untuk bertemu dan berkumpul di pagi hari sebelum kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas. Anak-anak berkumpul untuk melakukan pembukaan belajar dan breifing dari kepala sekolah atau guru. Nah dalam kesempatan itulah saya ikut serta nimbrung di dalamnya.
Dan tidak terlalu sering juga saya memberikan cerita kepada anak-anak itu. Karena untuk menghindari kebosanan terhadap apa yang saya sampaikan, maka saya berusaha untuk bercerita tidak terlalu sering. Juga materi ceritanya. Saya berupaya untuk mendapatkan apa yang akan saya sampaikan kepada anak-anak itu sebagai bagian dari motivasi kepada mereka. Juga memberikan paradigma baru agar anak-anak itu terus berjuang dengan sungguh-sungguh, daklam rangka memaksimalkan potensi dirinya.
Dari dari sinilah nampaknya ada satu dari sekian n\banyak anak-anak yang berada di dalam ruangan ketika saya bercerita tersebut datang kepada saya begitu ia sampai di sekolah. Dengan mengajukan pertanyaan yang sungguh diluar dugaan saya;
"Buku apa sih yang Bapak baca?"
"Buku Apa yang Bapak Baca?"
Memang menjadi bagian dari tugas, ketika saya berada di dalam kegiatan yang anak-anak lakukan. Seperti juga kegiatan rutin mereka untuk bertemu dan berkumpul di pagi hari sebelum kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas. Anak-anak berkumpul untuk melakukan pembukaan belajar dan breifing dari kepala sekolah atau guru. Nah dalam kesempatan itulah saya ikut serta nimbrung di dalamnya.
Dan tidak terlalu sering juga saya memberikan cerita kepada anak-anak itu. Karena untuk menghindari kebosanan terhadap apa yang saya sampaikan, maka saya berusaha untuk bercerita tidak terlalu sering. Juga materi ceritanya. Saya berupaya untuk mendapatkan apa yang akan saya sampaikan kepada anak-anak itu sebagai bagian dari motivasi kepada mereka. Juga memberikan paradigma baru agar anak-anak itu terus berjuang dengan sungguh-sungguh, daklam rangka memaksimalkan potensi dirinya.
Dari dari sinilah nampaknya ada satu dari sekian n\banyak anak-anak yang berada di dalam ruangan ketika saya bercerita tersebut datang kepada saya begitu ia sampai di sekolah. Dengan mengajukan pertanyaan yang sungguh diluar dugaan saya;
"Buku apa sih yang Bapak baca?"
Tidak ada kata atau kalmat yag dapat saya sampaikan kepada ank itu sebagai penjelasan dan jawaban saya. Namun saya langsung mengajak anak tersebut datang ke ruangan saya untuk menunjukan antaralain buku yang saya baca.
"Ini nak, buku yang ditulis oleh Moenawar Chalil..."
Begitu kata saya sembari memegang buku jilid 4 dan jilid 6 yang kebetulan ada di belakang meja saya. Di dalam benak saya berguman kekaguman yang amat terhadap rasa ingin tahunya tentang sumber cerit yang selama ini saya sampaikan kepadanya dan teman-temannya. Luar biasa.
Jakarta, 19 Desember 2013.
No comments:
Post a Comment