Sore hingga malam menjelang penerimaan rapor semester pertama yang lalu, guru-guru yang bertugas dalam kegiatan seni untuk menjadi pembuka kagiatan penerimaan rapor bekerja dengan relatif keras dan sungguh-sungguh. Meski teman-teman itu tampak lelah, namun semangatnyanuntuk hajatan itu tetap penuh semangat. Setidaknya itulah yang saya saksikan sejak kemarin dan beberapa waktu sebelumnya.
Dan esok paginya, sebelum jam menunjuk pukul delapan, teman-teman itu kembali lagi ke pnggung dimana acara akan berlangsung. Bedanya, jika kemarin malam yang paling sibuk adalah semua yang berada dalam penyiapan latar belakang pangung dan pastinya gelaran karya seni dari karya anak-anak didik, tetapi pada hari H itu yang paling sibuk adalah para penjaga panggung. Mereka adalah sound man, para pengiring, pemandu panggung, penanggungjawab bagi anak-anak yang tampil, dan pastinya para juru foto.
Itulah sekelumit kesibukan guru dalam menghantarkan anak-aak didiknya tampil di panggung pertunjukan seni dan pameran karya seni.
"Bapak sudah lihat ja pulang kami di mesin absensi belum?" tanya salah seorang dari teman guru itu. Mungkin ia bermaksud meminta perhatian lebih dari kami kalau ia beberapa waktu belakangan memang pulang terlambat tidak seperti biasanya.
"Iya saya tahu itu." Jawab saya tidak jujur. Itu karena saya memang sebenarnya telah melihat absensi mereka. Namun terus terang tidak atau mungkin kurang detil. Ini karena saya pertama-tama yang saya cermati adalah kehadiran teman-teman itu. Kemudian berikutnya adalah jam kedatangannya. Sedang jam pulangnya, saya hanya perhatikan secara scanning. Kurang teliti. Alhasil, jawaban saya iya, tetapi tidak mengandung keyakinan penuh.
Belakangan saya kembali lagi ke daftar absensi hasil dari rekaman mesin absensi. Dan memang ada beberapa kali dari sebagain teman-teman itu yang harus pulang dari sekolah setelah waktu Magrib.
Heboh
Sesungguhnya, apa yang diikhtiarkan oleh teman-temn guru itu adalah bagian dari bagaimana membuat sebuah perayaan bagi hasil kerja anak didik itu terasa meriah. Dengan demikian maka anak-anak merasakan ada yang berbeda dengan apa yang dihasilkan. Itulah yang kami sering sebut sebagai membuat heboh sesuatu yang bersifat perayaan. Meski yang dihasilkan itu adalah sesuatu yang normal.
Mengapa? Karena karya sni yang ditampilkan adalah karya anak-anak saat belajar di kelas mereka. Ada bingkai foto dan tempat pensil yang dibuat dari barang bekas, ada karya seni rupa tentang pola batik, ada manik-manik, ada hasil melukis yang sudah dibingkai. Juga penampilan dari beberapa kelas seperti paduan suara, drumb band, tarian, dan yang lainnya.
Dan dengan memaksa para orangtua yang menjadi penonton utama dalam kegiatan tersebut sebelum mereka mendatangi kelas-kelas untuk mengambil rapor, setidaknya kami ingin mengajak kepada komunitas sekolah bahwa hasil belajar bukan saja angka yang akan orangtua dapatkan ketika menerima buku laporan pendidikan anandanya, tetapi juga adalah karya seni anandanya. Semoga.
Jakarta, 20-24 Desember 2013
Itulah sekelumit kesibukan guru dalam menghantarkan anak-aak didiknya tampil di panggung pertunjukan seni dan pameran karya seni.
"Bapak sudah lihat ja pulang kami di mesin absensi belum?" tanya salah seorang dari teman guru itu. Mungkin ia bermaksud meminta perhatian lebih dari kami kalau ia beberapa waktu belakangan memang pulang terlambat tidak seperti biasanya.
"Iya saya tahu itu." Jawab saya tidak jujur. Itu karena saya memang sebenarnya telah melihat absensi mereka. Namun terus terang tidak atau mungkin kurang detil. Ini karena saya pertama-tama yang saya cermati adalah kehadiran teman-teman itu. Kemudian berikutnya adalah jam kedatangannya. Sedang jam pulangnya, saya hanya perhatikan secara scanning. Kurang teliti. Alhasil, jawaban saya iya, tetapi tidak mengandung keyakinan penuh.
Belakangan saya kembali lagi ke daftar absensi hasil dari rekaman mesin absensi. Dan memang ada beberapa kali dari sebagain teman-teman itu yang harus pulang dari sekolah setelah waktu Magrib.
Heboh
Sesungguhnya, apa yang diikhtiarkan oleh teman-temn guru itu adalah bagian dari bagaimana membuat sebuah perayaan bagi hasil kerja anak didik itu terasa meriah. Dengan demikian maka anak-anak merasakan ada yang berbeda dengan apa yang dihasilkan. Itulah yang kami sering sebut sebagai membuat heboh sesuatu yang bersifat perayaan. Meski yang dihasilkan itu adalah sesuatu yang normal.
Mengapa? Karena karya sni yang ditampilkan adalah karya anak-anak saat belajar di kelas mereka. Ada bingkai foto dan tempat pensil yang dibuat dari barang bekas, ada karya seni rupa tentang pola batik, ada manik-manik, ada hasil melukis yang sudah dibingkai. Juga penampilan dari beberapa kelas seperti paduan suara, drumb band, tarian, dan yang lainnya.
Dan dengan memaksa para orangtua yang menjadi penonton utama dalam kegiatan tersebut sebelum mereka mendatangi kelas-kelas untuk mengambil rapor, setidaknya kami ingin mengajak kepada komunitas sekolah bahwa hasil belajar bukan saja angka yang akan orangtua dapatkan ketika menerima buku laporan pendidikan anandanya, tetapi juga adalah karya seni anandanya. Semoga.
Jakarta, 20-24 Desember 2013
No comments:
Post a Comment