Dua kata yang baru saja saya temukan di buku catatan saya pertanggal Juni 2007. Aneh sekali bagi saya sore itu ketika menemukan kembali kata-kata itu. Ini tidak lain karena dua kata ini disampaikan oleh teman saya di Bintaro, Tangsel, yang sekarang sibuk dengan halaman FBnya ketika sedang memberikan seminar hebat.
Dua kata yang kebetulan sekali saya juga baru dengan dari seorang motivator yang dihadirkan di sekolah, yang bercerita tentang professionalism personality, yang juga mengangkat kata-kata aset. Tidak heran bila kata-kata itu begitu menggempur ingatan saya akan apa yang kami lakukan di tahun 2007 lalu dalam sebuah diskusi panel yang kami sebut sebagai ngobrol ngalor-ngidul, atau dialog utara-selatan.
Menjadi Aset
Lalu apa makna terbaru dari kata aset yang saya dapatkan ketika beberapa waktu lalu dalam sebuah seminar motivasi yang saya ikuti itu? Tentuya ketika saya berada dalam sebuah khasanah yang bernama pekerja? Lalu apa pula hubungan antara apa yang oleh motivator saya, yaitu professionalism personality dengan kata aset?
Tidak lain adalah mengejawantahkan atau kalau bahasa saya mungkin lebih pas, yaitu optimalisasi potensi diri kita secara maksimal dalam menjalankan semua tugas yang menjadi tanggunjawab dan amanah yang diemban. Tidak juga berbeda jika saya memaknainya sebagai bentuk dari etos kerja optimal.
Karena hanya dengan pegawai yang memiliki dedikasi, komitmen kerja dengan penuh kesungguhan dan dengan penuh rasa mecintai pekerjaan yang lakoninya, maka mereka telah memiliki indikasi sebagai aset bagi tempatnya bekerja.
pegawai yang menjadi aset bagi tempatnya mencari nafkah adalah mereka yang menjelang akhir tahun tutup buku akan mendapatkan predikat outstanding untuk penilaian ki erjanya. Itu beraarti juga bahwa ia adalah pegawai teladan atau yang dapat dijadikan standar bagi pekerja lainnya untuk dapat dijadikan panutan.
Lalu apa pula yang dimaksud dengan menjadi beban? Sederhana saja. Siapapun akan meletakkan barang di bahunya manakala itu menjadi beban yang tidak memberikan kebermaknaan baginya.
Menjadi Aset
Lalu apa makna terbaru dari kata aset yang saya dapatkan ketika beberapa waktu lalu dalam sebuah seminar motivasi yang saya ikuti itu? Tentuya ketika saya berada dalam sebuah khasanah yang bernama pekerja? Lalu apa pula hubungan antara apa yang oleh motivator saya, yaitu professionalism personality dengan kata aset?
Tidak lain adalah mengejawantahkan atau kalau bahasa saya mungkin lebih pas, yaitu optimalisasi potensi diri kita secara maksimal dalam menjalankan semua tugas yang menjadi tanggunjawab dan amanah yang diemban. Tidak juga berbeda jika saya memaknainya sebagai bentuk dari etos kerja optimal.
Karena hanya dengan pegawai yang memiliki dedikasi, komitmen kerja dengan penuh kesungguhan dan dengan penuh rasa mecintai pekerjaan yang lakoninya, maka mereka telah memiliki indikasi sebagai aset bagi tempatnya bekerja.
pegawai yang menjadi aset bagi tempatnya mencari nafkah adalah mereka yang menjelang akhir tahun tutup buku akan mendapatkan predikat outstanding untuk penilaian ki erjanya. Itu beraarti juga bahwa ia adalah pegawai teladan atau yang dapat dijadikan standar bagi pekerja lainnya untuk dapat dijadikan panutan.
Lalu apa pula yang dimaksud dengan menjadi beban? Sederhana saja. Siapapun akan meletakkan barang di bahunya manakala itu menjadi beban yang tidak memberikan kebermaknaan baginya.
Jakarta, 13-12-'13.
No comments:
Post a Comment