"Saya
sakit perut Pak." Begitu
kata anak didik saya ketika kami berjumpa di depan ruangan. Anak itu terlihat
keluar dari ruang UKS, dan saya keluar dari ruang kelas 9. Waktu masih
menunjukkan pukul semiblan kurang seperempat.
"Apa
yang menyebabkan kamu sakit perutnya?" Tanya saya kemudian. Tentu dengan tetap memperhatian
gerakan dia yang terlihat lemas dan tidak bersemangat. Lesu.
"Saya
belum sarapan Pak."
Jelasnya.
Saya
membka pintu ruangan untuk masuk ke dalam. Di atas meja saya, terlihat ada
bungkusan kotak warna putih yang saya yakini sebagai makanan kecil. Rupanya
saya mendapat kiriman makanan pagi ini dari guru atau mungkin siapa, yang
barangkali sedang mensyukuri ulang tahunnya. Barangkali. Namun tanpa berpikir
panjang lagi, saya mengajak anak didik saya itu untuk ikut serta masuk ke
dalam. Langkah saya langsung menuju meja dimana ada bungkusan di atasnya dan
serta merta membukanya. Ada tiga makanan kecil di dalamnya. masing-masing
adalah risoles, roti, dan arem-arem.
"Ayo
kamu masuk sini. Tarik kursi itu dan duduk. Kamu harus makan aa yang Pak Agus
Punya."
Tanpa
ada suara, anak itu mengikuti apa yang menjadi keinginanan saya. Lalu dengan
relatif singkat ia makan dua potong makanan yang ada. Sementara satu potongnya,
yaitu risoles, saya yang melahapnya.
"Bagaimana
sekarang? Apakah lebih enakan?" Tanya saya ketika ia telah memasukan
kotak karton tempat kue-kue itu ke dalam tempat sampah yang ada di bawah meja
kerja saya.
"Alhamdulilah
Pak. Terima kasih ya Pak." Jawabnya
tulus.
"Baik.
Sama-sama. Sekarang kembali ke UKS dulu dan sampaikan ke Suster untuk minta
minum teh manis." Kata
saya berikutnya. Saya tidak lagi memperhatikan ke arah mana anak itu berlalu.
Mungkin akan mengikuti lagi apa yang saya usulkan. Karena saya terlanjut
membuka laman pribadi saya di komputer guna menuliskan apa yang barusan saya
alami.
Jakarta,
05 Desember 2012.
No comments:
Post a Comment