Di seklah saya, ada seorang peserta didik yang benar-benar ahli serta mumpuni tentang hal ihwal bus way di DKI Jakarta. Kepakarannya meliputi jaringan yang sudah ada dan yang yang akan ada, baik nama koridornya dan rute-rutenya. Juga kondisi kendaraan Transjakartanya yang melayani para pengguna di rute-rute yang telah ada. Itulah maka tidak salah bila kami menjulukinya sebagai pakar bus way di sekolah kami. Anak itu masih duduk di bangku kelas 8, SMP, saat saya membuat catatan ini.
Jika dalam percakapan dengan kami, maka sesungguhnya bukan saja kendaraan massal bus way itu saja yang akan dia bahas. Tetapi juga berkenaan dengan keberadaan kanal banjir timur atau BKT yang keberadaannya tidak terlalu jauh dari rumah tinggalnya. Namun pengetahuannya terhadap bus way, dibandingkan dengan pengetahuan pada hal yang sama di sekolah kami, maka ia adalah pakarnya. Oleh karenanya tidak terlalu salah bila kami menyematkan predikat pakar tersebut.
Pernah suatu saat dia menyarankan agar saya megambil bus way koridor Pulo Gadung- Kali Deres ketika hendak pulang ke rumah. Ini karena saya menyampaikan bahwa kendaraan massal itu semakin hari justru semakin penuh sesak dan sangat tidak nyaman. Dari apa yang disampaikannya, saya dapat menangkap bahwa ia paham benar tentang peta Jakarta selain hafal dari rute-rute bus way.
"Dari mana kamu tahu tentang rute-rute tersebut?" Tanya saya suatu hari.
"Saya lihat dari internet Pak. Saya punya rute dari semua koridor bus way yang ada." Katanya.
"Saya juga membaca koran." Tambahnya lagi.
Kenyataan itu tentu membanggakan. Bukankah teman-teman seusia dia saat ini menjadi konsumen atau gamer ketika mereka kembali ke rumah sepulang dari sekolah? Oleh karenanya, membanggakan bukan?
Pernah pula dia mengaku kepada saya, ketika suatu saat ia 'berkelana' naik bus way di beberapa jaringan ketika ia tidak masuk sekolah.
"Mengapa pada hari sekolah kamu justru 'berkelana' naik bus way?" Tanya saya saat itu.
"Karena saat itu saya terlambat Pak. Saya takut kena sangsi, jadi saya minta supir saya untuk kembali ke rumah." Jelasnya.
Kekaguman saya yang lain kepada anak itu adalah, keberaniaanya melakukan eksplorasi terhadap lingkungan kehidupannya. Ini perlu saya sampaikan mengingat tidak semua anak seusia dia, dalam kondisi dan latar belakang ekonomi keluarganya, masih diberikan keleluasaan untuk 'blusukan'. Ini sekaligus juga apresiasi untuk orangtua.
Inilah catatan saya untuk peserta didik saya yang punya kelebihan spasial.
Jakarta, 14 Desember 2012.
No comments:
Post a Comment