"Itu tempat makan turis Belanda Pak. Ngak kuat saya bawa keluarga untuk makan di situ."
Itulah komentar teman saya yang tinggal di Buring Indah, Malang, ketika ia bertanya dimana acara malam kemarin sehingga saya berhalangan datang dan bertemu dengannya. Dan saya terpaksa harus menunda pertemuan itu, mengingat sebagai orang yang baru berada di kota Malang, saya sungguh ingin tahu banyak hal yang ada di kota itu. Meski jujur, pertemuan dengan teman yang dipernalkan oleh sebuah kepentingan, untuk pertama kalinya di sebuah kamar Hotel Bumi Senyiur, di kota Samarinda pada pertengahan tahun 2007.
Kata sambutan bagi pengunjung; welcom... |
Namun untuk bertemu di kota Malang, dimana ia sekarang berada bersama keluarganya, adalah sebuah sensasi dari untaian silaturahim yang, sekali lagi bagi saya, menjadi sebuah kenangan yang bersejarah. Oleh karenanya, meski barada di kota Malang tidak lebih dari 3 hari, saya mencoba 'mencuri' waktu untuk berfoto bersamanya di kota Malang itu. Atau di rumah dimana keluarganya berada!
"Turis Belanda yang datang ke Malang, mereka akan menyempatkan untuk bertandang di Toko Oen sebagai nostalgia."
Demikian pendapatnya. Saya tentu percaya benar apa yang menjadi komentarnya tentang toko ice Cream Oen yang telah ada sejak tahun 1930 itu. Karena sejak mudanya, hingga ia menyelesaikan studi Magisternya di kota itu. Tetapi tentunya saya masih perlu menggali lagi tentang toko kuno itu. Melalu liputan dari teman-teman blogger, web, termasuk ulasan istri saya yang informasinya merupakan hasil membacanya dari liputan majalah makanan langganannya. Termasuk juga seorang Belanda, Elizabeth
van Kampen yang berusia 79 tahun, yang menuliskan pengalaman hidup di masa kecilnya tinggal bersama keluarganya di Malang dan Batu, dalam webnya, http://www.dutch-east-indies.com .
Sate 5 Tusuk
Lalu apa yang kami makan pada saat makan malam di rumah makan tersebut? Kami, dalam romobongan, tampaknya memesan makanan yang sama dengan pesanan makanan yang dipesan oleh tamu-tamu yang lain. Termasuk diantaranya adalah sate. Dan karena rakusnya, saya sendiri melahap 5 tusuk sate yang ada di meja bagian kelompok kami. Meski itu berarti saya harus melanggar apa yang saya sampaikan kepada teman yang ada d satu meja untuk hanya memakan 2 tusuk sate saja masing-masingnya.
Bersama teman, saya makan begitu lahapnya. |
Ada juga beberapa teman yang memesan ice cream setelah hidangan makan malam itu kami tuntaskan. Mungkin enak dan penuh kenangan. Saya tidak dapat menceritakannya.
Jakarta, 27 Nopember 2013.