Apa yang disampaikan oleh Cak Slamet dengan kemampuan kampung halamannya untuk menghasilkan produk pertanian organik, adalah sebuah kenyataan yang memang terlihat dari sejak kami memasuki gang perkampungan itu. Semua dibuktikan meski memiliki lahan pertanian yang tidak terlalu luas. Beberapa petakan green house yang berukuran 5 meter kali 10 meter tampak terhamper di beberapa sudut pekarangan yang ada di samping rumah warga.
Dan tidak itu saja. Bahkan untuk keterbatasan lahan yang ada, tidak sedikit saya menyaksikan bagaimana labu parang, labu siam, dan pare, begitu subur yang dengan buah yang lebat meski hanya barada di pagar-pagar pekarangan para petani tersebut. Mengagumkan!
Apa yang saya saksikan pada saat mengunjungi kampung organik Brenjonk, di Trawas, Mojokerto itu memberikan motivasi yang sangat kuat bahwa untuk memenuhi kebutuhan akan hasil-hasil pertanian tersebut tidak harus menggantungkan diri kepada lahan pertanian yang berlimpah. Namun di teras rumah sekalipun, tanaman terung pun mampu berbuah dengan relatif baiknya.
Dengan relealitas itu, semakin membulatkan tekad saya, bahwa untuk menjadi petani, atau memiliki produk pertanian yang sehat dan cukup, maka yang dibutuhkan adalah komitmen untuk bekerja,dan cerdas dalam memanfaatkan sinar matahari yang berlimpah di negara kita ini.
Jakarta, 24 Nopember 2013.
No comments:
Post a Comment