Ini bunyi SMS teman kepada saya:
"...dari diskusi dengan nara sumber kemarin sore, maka pendidik yang kita perlukan untuk masuk sebagai bagian dari Tim Pengembangan Sekolah adalah mereka yang energik, visioner, berbahasa Inggris, rela bekerja di luar jam kerja, komitmen untuk menuntaskan tugas, dan ingin belajar!"
Sebuah bunyi SMS yang naratif sekaligus merupakan bentuk deskriptif untuk sebuah profil. SMS yang sebelumnya didahului dengan diskusi matang tentang pembentukan Tim Pengembangan Sekolah. Sebuah semangat yang bertujuan unk membuat rumusan baru bagi sekolah agar perjalanan pertumbuhannya menjadi terus akseleratif. Namun maksud baik itu harus dilukai manakala seorang nara sumbernya mensyaratkan bahwa yang bisa menjadi bagian dari Tim adalah mereka yang merupakan guru junior. Sebuah pilihan kata yang pada akhirnya terdeskripsikan sebagaimana yag tertuang dalam SMS kawan saya itu.
Energik, Visioner, dan Berbahasa Inggris
SMS yang merupakan prasyarat bagi personil yang akan masuk menjadi anggota tim pembaharuan sekolah itu saya terima begitu diskusi penyamaan visi dan target bagi sebuah tim berkahir. Dan dari hasil diskusi itu, kami seperti menemukan sosok siapa yang harus masuk dalam tim. Dan tanpa berpikir panjang lebar, sosok itu telah kami terima dalam bentuk SMS. Bukan sosok atau status yang menjadi sorotan dalam pesan pendek itu, tetapi lebih sekedar syarat atau indikator. Dan itu cukup memberikan kami panduan untuk menunjuk orang yag dimaksud. Karena prasyarat yang ada itu, maka tidak banyak dari indikator yang diingini tersebut nempel pada salah satu sosok.
SMS itu juga sekaligus menjungkirbalikkan pesan sebelumnya agar sosok yag menjadi anggota tim adlah mereka yang masih dalam posisi sebagai guru junior. Mengapa bukan guru senior? Karena dikawatirkan dengan guru senior adalah intensitas kerja yang spartan kurang bisa mengikuti. Hal ini karena konsultan pengembanga sekolah adalah mereka yang bergelut dalam pengembangan organisasi no kependidikan.
Namun dengan syarat yang ada dalam SMS tersebut, sudah cukup bagi kami untuk memilih kandidat yang diinginkan. Dan ini, benar-benar mengahapus klasifikasi senior-junior. Karena bagaimana pun cara melihatnya, dua istilah itu tetap saj sensitif untuk menjadi sebuah kerjasama yang sinergis. Sungguh!
SMS itu juga sekaligus menjungkirbalikkan pesan sebelumnya agar sosok yag menjadi anggota tim adlah mereka yang masih dalam posisi sebagai guru junior. Mengapa bukan guru senior? Karena dikawatirkan dengan guru senior adalah intensitas kerja yang spartan kurang bisa mengikuti. Hal ini karena konsultan pengembanga sekolah adalah mereka yang bergelut dalam pengembangan organisasi no kependidikan.
Namun dengan syarat yang ada dalam SMS tersebut, sudah cukup bagi kami untuk memilih kandidat yang diinginkan. Dan ini, benar-benar mengahapus klasifikasi senior-junior. Karena bagaimana pun cara melihatnya, dua istilah itu tetap saj sensitif untuk menjadi sebuah kerjasama yang sinergis. Sungguh!
Jakarta, 7 Nopember 2013.
No comments:
Post a Comment