Setelah mencoba dan bereksperimen dengan teman-teman guru pada kegiatan Professional Development, PD, yang selalu kami laksanakan pada setiap akhir pekan setelah jam sekolah selesai, dan saya menikainya sebagai kegiatan yang positif, maka untuk kedua kalinya saya bereksperimen bersama siswa di kelas 7. Ini juga menjadi kesempatan bagi saya untuk bertemu dan sekaligus mempraktekkan manajemen kelas yang baik baik sebuah kegiatan bersama kelas remaja.
Sebuah ruang kelas yang pasti akan dinamis, karena saya meminta kepada guru untuk menyatukan dua kelas di kelas 7 mejadi satu pelajaran bersama saya. Jadilah kelas saya pada saat itu sebagai kelas besar. Karena dua kelas pararel itu ada 53 siswa! Sebuah kelas yang tidak ideal untuk sebuah interaksi.
Kesempatan mengajar di kelas 7 itu, dan esok dengan kelas 8, karena sebagian guru yang ada di unit SMP kami sedang melakukan kegiatan belajar luar kelas, outing, field trip, ke Yogyakarta bersama kelas 9 kami yang telah usai melaksanaan kegiatan besar mereka, UN. Meski hanya replacement, saya telah menyiapkan bahan untuk kegiatan membaca berantai tersebut. Juga alat permainan saya yang menjadi bagian inheren ketika saya mengadakan kegiatan bersama guru. Sebagai bahan cadangan jikalau nanti di pertengahan jalan saya berubah pikiran karena kondisi anak-anak yang kurang mendukung.
Awal belajar, saya memberikan penjelasan tentang sistematika pelajaran yang akan saya berikan kepada anak-anak. Juga langkah-langkah belajar yang harus anak-anak kerjakan. Juga, sebagai pembukaan dan pembuka wacana anak-anak tentang setting lokasi cerita, saya coba berikan sketsa peta Pulau Jawa dan Pulau Sumatera, beserta kota-kota yang menjadi lokasi para tokoh cerita menjalani hidup.
Sketsa lokasi yang berupa peta tersebut saya berikan sebelum kami memulai kegiatan membaca berantai karena anak-anak sekarang lemah dalam membaca peta. Oleh karena itu, maka tujuan saya memberikan gambaran sketsa peta sebelum memulai kegiatan membaca adalah agar anak-anak memiliki gambaran spasial tentang setting cerita yang akan kami baca secara berantai dengan lebih baik. Apalagi ada beberapa anak pernah mengunjungi kota-kota dimana para tokohnya pernah berdomisili.
Bagaimana Kami Berkegiatan?
Kepada anak-anak yang berjumlah 53 siswa tersebut, masing-masing saya memberikan tugas untuk membaca 2 (dua) halaman saja. Kepada mereka, saya menekankan agar mengingat sekali tentang siapa? Dimana? Mengapa atau bagaimana?
Hal ini perlu saya kemukakan agar anak sudah menyiapkan diri apa yang harus dia presentasikan dari hasil apa yang dibacanya. Jadi kata tanya itu untuk membantu siswa dalam mengikat makna dari halaman-halaman yang dibacanya. Alhamdulillah, semua mumtaz. Benar saja, ketika kami memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyampaikan apa yang dibacanya dengan empat kata tanya itu, membuat anak-anak menjadi semakin siap.
Meski tidak selancar dan sesempurna dengan apa yang saya lakukan bersama teman-teman guru, maka saya menilainya dengan lumayan baik. Kontrol kelas terus terkendali. Anak-anak dapat secara konstan dapat menunaikan tugas yang saya berikan. Meski sekali lagi, tidak sesempurna dengan kegiatan yang saya lakukan bersama guru-guru dalam kegiatan professional development!
Jakarta, 14 Mei 2013.
No comments:
Post a Comment