Mengatakan Iya kepada satu pekerjaan di awal ketika pekerjaan tersebut ditawarkan kepada teman saya ini, ternyata implikasinya justru tuntutan untuk berkomitmen datang mengunjugi kantor dimana lembaga tersebut berada layaknya seorang pegawai. Sebuah implikasi yang relatif dalam dan sekaligus luas. Padahal, ketika perkerjaan yang bersifat bantuan tersebut ditawarkan pada saat teman saya itu sebagai pegawai sebuah kantor, yang berarti adalah orang yang dituntut penuh kepada tugas yang diberikan.
Padalah juga, ketika permohonan bantuan tersebut ditawarkan, salah satu sesepuh yang telah berada dalam lingkup yng menawarkan tersebut mewanti-wanti bahwa tidak akan ada tuntutan kepada teman saya untuk memberikan bantuan atau advis dengan cara harus selalu hadir secara fisikal ke lembaga dimana berada. Maka ditengah perjalanan tersebutlah ia menjadi galau karena dilanda dilema (?).
Padalah juga, ketika permohonan bantuan tersebut ditawarkan, salah satu sesepuh yang telah berada dalam lingkup yng menawarkan tersebut mewanti-wanti bahwa tidak akan ada tuntutan kepada teman saya untuk memberikan bantuan atau advis dengan cara harus selalu hadir secara fisikal ke lembaga dimana berada. Maka ditengah perjalanan tersebutlah ia menjadi galau karena dilanda dilema (?).
Harus diingat bahwa sahabat saya ini semua hanya diminta bantuan untuk sudi menyisakan waktu guna berpikir tentang sebuah lembaga pendidikan yang bukan miliknya, atau juga bukan milik seseorang selain dia. Dan dengan kondisi seperti itu, sahabat saya berpikir bahwa apa yang akan dia kerjakan nantinya, tidak akan menuntut kehadiran fisik dirinya di lembaga tersebut selayaknya pegawai bukan?
Bagaimana imbal balik atau kerelaan terhadap komitmen "Iya" tersebut? Karena ketika mengatakan "Iya" dalam frame bukan sebagai pegawai, maka sahabat saya tidak layak dan pantas untuk memohon atau meminta. Alhasil, kesanggupan dan "Iya" tersebut sebagai bagian dari sebuah upaya dia dalam memperoleh sesuatu bukan dari lembaga.
Itu memang komitmen yang dia berikan kepada sekelompok orang yang bioleh dikatakan sebagai komisaris, kalau di sebuah lembaga perusahaan. Dan komitmen itu menjadi berbeda makna ketikasahabat saya itu berada pada posisi duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan para pekerja di lapangan. Para pegawai di lapangan itu tidak akan mengetahui komitmen antara para komisarisnya dengan diri sahabat saya tersebut. Inilah sumber yang menjadi selisih antara komitmen dirinya untuk membantu di mata 'komisaris' sebuah lembaga dengan para pegawai yang berada di akar rumput?
Inilah catatan saya, yang supaya tidak menguap begitu saja, maka secepat mungkin saya ikat delam kalimat dan paragraf. Sebuah catatan yang memberikan gambaran, bahwa pada fakta yang sama dpat memiliki tafsir yang berbeda karena penafsirnya memang berbeda dari posisi yang berbeda pula. Dan jika sahabat saya karena itu menjadi terganggu, maka sebuah peluang untuk sebuah amal baik menjadi dia sia-siakan. Semoga!
Bagaimana imbal balik atau kerelaan terhadap komitmen "Iya" tersebut? Karena ketika mengatakan "Iya" dalam frame bukan sebagai pegawai, maka sahabat saya tidak layak dan pantas untuk memohon atau meminta. Alhasil, kesanggupan dan "Iya" tersebut sebagai bagian dari sebuah upaya dia dalam memperoleh sesuatu bukan dari lembaga.
Itu memang komitmen yang dia berikan kepada sekelompok orang yang bioleh dikatakan sebagai komisaris, kalau di sebuah lembaga perusahaan. Dan komitmen itu menjadi berbeda makna ketikasahabat saya itu berada pada posisi duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan para pekerja di lapangan. Para pegawai di lapangan itu tidak akan mengetahui komitmen antara para komisarisnya dengan diri sahabat saya tersebut. Inilah sumber yang menjadi selisih antara komitmen dirinya untuk membantu di mata 'komisaris' sebuah lembaga dengan para pegawai yang berada di akar rumput?
Inilah catatan saya, yang supaya tidak menguap begitu saja, maka secepat mungkin saya ikat delam kalimat dan paragraf. Sebuah catatan yang memberikan gambaran, bahwa pada fakta yang sama dpat memiliki tafsir yang berbeda karena penafsirnya memang berbeda dari posisi yang berbeda pula. Dan jika sahabat saya karena itu menjadi terganggu, maka sebuah peluang untuk sebuah amal baik menjadi dia sia-siakan. Semoga!
Jakarta, 8 Mei 2013.
No comments:
Post a Comment