Ini kisah yang dalam pandangan saya luar biasa cerdas. Ini bukan di permainan futsalnya itu sendiri. Tetapi justru pada saat bermain futsal setelah pulang sekolah. Ya. Saya bersyukur bahwa siang itu saya menemukan anekdot ini. Sebuah peristiwa yang kebetulan terjadi pada saat menunaikan tugas untuk mengawas anak-anak sepulang jam sekolah. Sebuah kewajiban yang selalu kami lakukan secara bergantian, yang kami sendiri menyebutnya sebagai duty atau piket.
Tidak ada Ekskul
Pekan-pekan pada saat saya berjaga sebagai petugas piket di lapangan sekolah itu, merupakan hari-hari dimana kegiatan ekstra kurikuler telah berakhir. Kecuali kegiatan-kegiatan yang berkait dengan pementasan akhir tahun saja. Dan itu akan berkait dengan kegiatan drama dan pertunjukan seni. Oleh karenanya, saya bertanya kepada salah satu dari anak yang berada di pinggir lapangan. Mengapa anak-anak memakai pakaian seragam futsal sebagaimana pakaian yang digunakan pada saat anak-anak itu akan bertanding futsal atau pada saat mereka sedang ada kegiatan ekstra kurikuler futsal yang harinya kebetulan sama dengan hari dimana saya menjadi petugas piket? Sebuah pertanyaan yang panjang. Namun anak yang saya tanya kebetulan pas dengan apa yang diketahuinya. Karena kebetulan sekali ia adalah bagian dari anak-anak yang mengenakan seragam futsal sore itu.
- Bukankah ekskul sudah tidak ada? Mengapa kalian mengenakan pakaian ekskul? Tanya saya di pinggir lapangan setelah sadar bahwa semua yang mengenakan seragam ekskul siang itu adalah kelas lima SD.
- Betul Pak. Ekskul memang sudah tidak ada. Tapi kemarin kami semua sepakat untuk berkaos futsal. Semuanya Pak. Jawab anak itu. Jawaban yang justru menarik perhatian saya untuk terus bertanya kembali kepadanya.
- Mengapa sekapat berkaos futsal? Selidik saya.
- Karena biar kita dapat bermain futsal tanpa diganggu anak SMP Pak. Deg. Saya kaget sekaligus kagum dengan apa disampaikan kepada saya. Terus terang, saya menjadi tersadar sejauh mana kepintaran anak-anak itu, bahkan untuk sekedar mendapat jatah bermain futsal di lapangan sekolah yang menjadi tempat bermain bersama. Cerdas, prediktif, sekaligus analitis.
Apa yang telah dilakukan anak-anak tersebut adalah bukti nyata bahwa mereka memiliki potensi yang luar biasa. Karena selain ide, mereka juga memiliki komitmen untuk mewujudkannya dalam bentukkesepakatan dan aksi, serta tentunya solidaritas. Tanpa disadari, mereka sesungguhnya sedang memainkan drama politik tingkat tinggi. Dan sekali lagi, saya benar-benar mensyukuri temuan kejadian tersebut.
Jakarta, 17 Mei 2012.
1 comment:
Ibu Rita N:Assalamualaikum Wr Wb
Begitulah cara anak-anak berpolitik, bahkan mereka juga ada yang bertemu saya dan minta ada pembagian waktu yang adil untuk yang main. (rupanya antar mereka ada juga yang dominan pak). Saya tidak lihat mereka lagi, setelah satu permintaan saya agar buat kesepakatan, jika ada yang tidak komitmen dengan kesepakatan tersebut, maka konsekuensinya adalah 'tidak main futsal'. Terima kasih telah mendampingi anak-anak main futsal pak.
Post a Comment