Hari-hari ini, kami, para guru kembali terkesiap dengan kepintaran anak-anak didik kami yang luar biasa. Kepintaran dalam menangkap instruksi dan sekaligus menghafalkannya. Yaitu instruksi gerakan tari kontemporer, urutan gerakannya, dari awal pembuka ketika anak-anak itu masuk ke panggung hingga berakhir pada saat anak-anak itu meninggalkan panggung. Hanya butuh pertemua lebih kurang empat kali urutan gerakan telah mereka hafal. Menakjubkan!
Apa yang diperlihatkan oleh anak-anak didik kami itu sungguh sesuatu yang luar biasa dibandingkan dengan apa yang pernah saya alami ketika saya masih duduk di Sekolah Pendidikan Guru (SPG), ketika saat itu harus belajar tari Cantrik. Bahkan hingga latihan tari itu berakhir dan saya lulus sekolah, tidak pernah gerakan dari tari itu yang benar-benar menempel pada ingatan saya. Ini adalah kenyataan yang membuat saya begitu kagum dengan kecerdasan anak-anak itu.
Sekali lagi, perbandingan itu bagi saya perlu saya sampaikan karena begitu berbedanya. Mngkin juga termasuk anak saya sendiri di rumah. Hampir selalu ia mengalunkan lagu yang menjadi irama dari tari itu, yang sembari menunggu giliran kamar mandi kosong ia akan terus menerus mengulang-ulang gerakan tari tanpa lelah.
Itulah, maka ketika pertemuan ketujuh dalam latihan tari di sekolah saya, maka pelatih tari yang disewa dari sebuah sanggar akan digantikan perannya oleh guru kelas yang dengan suash payah menghafal gerakan-gerakan sedetil mungkin dengan, tentunya, tambahan bantuan untuk lebih mudah menghafal dalam bentuk rekaman vedio. Dan ketika guru melanjutkan sesi-sesi latihan tari tersebut, maka porsi latihan sudah bukan lagi tahapan menghafal gerakan, tetapi lebih fokus kepada kekompakan dan keserasian gerakan. Karena selain gerakan yang telah anak-anak kuasai, mereka juga sekaligus telah menghafal kariografi. Ini penting agar para orangtua siswa yang anak mengambil foto nantinya tetap memperoleh momen wajah anaknya ketika anaknya berada di sisi bagian depan panggung.
Pintar Tari, Dimana Nilai Rapotnya?
Namun bila ada diantara kita yang bertanya kepada saya tentang apakah kepintaran tari dari anak-anak itu masuk dalam angka yang ada di dalam rapot ketika anak-anak itu naik kelas? Maka saya akan menjawab secara normatifnya adalah ada tetapi... Nah ketika saya mengucapkan kata tetapi, maka kalimat brikutnya sangat boleh jadi menjadi sesuatu yang sangat normatif.
Untuk itulah, maka saya dan teman-teman menyepakati untuk membuat visi sekolah yang meski dan tetap bahwa nilai tari anak-anak tersebut tidak secara signifikan menjadi bagian dari nilai rapot mereka, tetapi kami menghargai kepintaran itu dalam bentuk menampilkan jenis kepintaran itu dalam sebuah penampilan kolosal di sekolah di setiap akhir tahun pelajaran. Dan kesempatan itu, adalah untuk semua siswa yang ada di sekolah. Bukan kepada mereka yang memang bnar-benar pintar. Karena kami meyakini bahwa semua anak akan dapat berkembang jika ada dan diberikan kesempatan dan dorongan.
Itulah kecerdasan anak pada tari kreasi, yang saya lihat pada setiap hari ketika anak berlatih untuk pertunjukan kolosal di akhir tahun pelajaran 2011/2012 ini.
Jakarta, 31 Mei 2012.
No comments:
Post a Comment