Masjid Raya Samarinda

Masjid Raya Samarinda

Sianok

Sianok
Karunia yang berwujud keindahan sebuah ngarai.

Drini, Gunung Kidul

Drini, Gunung Kidul

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Dari Bukit Gundaling, Berastagi.

Senggigi

Senggigi

06 March 2012

Bersiap Untuk Ujian Nasional, Guru Sabar dan Guru Ikhlas

Seperti juga kakak kelasnya yang sekarang sudah di bangku sekolah lanjutan atas, anak-anak yang sekarang  duduk di kelas sembilan SMP pada hari ini, 32 hari kerja menuju hari UN, masih belum menunjukkan semangat yang gigih dan sungguh-sungguhnya untuk mengarah ke hari penting,  yang akan berlangsung pada tanggal 23-26 April nanti. Hal inilah yang saya harus sampaikan kepada mereka bahwa mengatasi apa yang ada dalam SKL (standar kompetensi lulusan) atau kisi-kisi Ujuan Nasional akan benar-benar sebagai bekal untuk memperoleh nilai dalam aspek kognitif, paling maksimal. Karena apa yang ada di SKL itu adalah apa yang nanti menjadi butiran soal dalam UN.

Dimana letak kesamaan dengan para nagkatan sebelumnya? Sebagai remaja, ketika satu pekan sebelum ujian berlangsung pun, mereka masih menenteng gitar ke dalam kelas. Juga komitmen untuk mengerjakan tugas tambahan. Maka, kalau di acara televisi ada yang namanya uji nyali, pada saat menjelang Ujian Nasional di sekolah kami, kami sebagai guru benar-benar uji kesabaran.

Padahal, untuk mendapat nilai yang diinginkan sekarang ini, relatif dapat kita prediksi dengan usaha keras dan sekaligus cerdas yang kita lakukan. Usaha keras, dalam arti harus menambah frekuensi atau intensitas belajar. Sedang belajar cerdas, yaitu dengan berusaha sungguh-sungguh berpetakan SKL atai kisi-kisi pada saat menguasai kompetensi dasar dan indikator yang ada, yang terdapat SKL atau kisi-kisi tersebut. Sehingga tanpa harus dengan kecurangan atau membeli kunci jawaban yang dikirimnya lewat SMS beberapa jam atau menit sebelum Ujian Nasional dilaksanakan, nilai maksimal bukan isapan jempol atau bukan menjadi pepesan kosong.

Kenyataan seperti ini jauh berbeda pada saat zaman saya menghadapi ujian akhir. Karena osal yang akan keluar nanti tentang apa saja dan dari buku mana sangat tidak dapat kita prediksi. Alhasil semua buku dan catatan teman yang menjadi khazanah belajar di kelas pada waktu itu menjadi sumber belajar kami.

Namun kemudahan itu nampak masih kurang membantu bagi anak-anak peserta didik saya di sekolah untuk lebih fokus dan lebih cerdas dalam mempersiapkan diri guna menuju nilai hasil UN yang maksimal. Mereka diantaranya masih menampakkan semangat belajar yang itu-itu juga. Satu dua dari mereka yang benar-benar serius meski telah mendapatkan bangku SMA yang bagus untuk ukuran akademik. Dan anak-anak dengan pola seperti itu memang anak-anak yang yang sehari-harinya dengan ponten 9. Sedang anak-anak dengan ponten 6 biasanya merasa diri jauh lebih siap, sehingga mereka masih santai sesantai-santainya.

***
Kenyataan yang serba mudah itu juga selain datang dari rumah mereka masing-masing juga kebijakan pendidikan yang beberapa tahun belakangan dirasakan oleh generasi kakak-kakak mereka. Misalnya pemerintah memberikan  kemungkinan adanya ujian ulang bagi anak-anak yang tidak lulus beberapa tahun lalu. Atau bentuk kemudahan yang pada akhirnya akan memberikan kenyataan bahwa ketika tidak lulus dalam ujian akhir, ada pintu solusi yang tidak mewajibkannya mengulang di kelas atau tingkat yang sama di tahun berikutnya. Atau ketika anak tidak lulus tahun ini, maka satu-satunya pintu yang dapat dibuka hanyalah berusaha untuk lulus satu tahun di depan?

Atau kemudahan yang saya sampaikan kepada mereka dengan mengajukan pertanyaan: Siapa yang sudah mendapatkan SMA untuk tahun pelajaran depan? Lebih dari lima anak dari 32 anak yang ada mengangkat tangannya sebagai bukti bahwa ia telah diterima, dan pastinya sudah membayar untuk masuk di bangku SMA pada Juli 2012 nanti. Bukankah ini juga dapat memberikan kontribusi bagi rendahnya kesadaran anak-anak itu untuk berjuang lebih keras dalam menyelesaikan studinya di jenjang pendidikan yang sedang ia ikuti? Allahua'lam

Yang paling penting bagi saya sendiri adalah; mendapatkan tugas sebagai bagian dari mereka yang duduk di bangku kelas sembilan di sekolah menengah, adalah juga belajar menjadi guru yang sabar dan ikhlas.Karena belajar menjadi sabar dan menjadi ikhlas ini bagi saya jauh lebih penting bagi kesehatan jiwa saya di masa yang akan datang.

Jakarta, 06 Maret 2012.

No comments: